Program umum untuk mengurangi kemiskinan mungkin
menghasilkan berbagai konsenkuensi sosial, beberapa beberapa menguntungkan dan
beberapa tidak, selain mencapai keinginan yang diinginkan.
Konsekuensi-konsekuensi ini meliputi bertambahnya jumlah birokrasi
pemerintahan, bertambahnya kejahatan antara kelompok ras putih dan ras hitam
serta korupsi, dan bertambahnya frustasi di kalangan kelas menengah karena
naeknya pajak, inflansi yang semakin tinggi. Tujuan untuk menilai
konsekuensi-konsekuensi sosial dari pola individu sangat mendasar dalam
perspektif fungsional Robert Merton.
Secara keseluruhan , tekanan dalam
fungsionalisme adalah pada persyaratan-persyaratan
yang harus dipenuhi supaya suatu sistem sosial (seperti masyarakat misalnya)
bertahan, dan bukan kebutuhan-kebutuhan individual.Tekanan dalam funsionalisme
pada konsekuensi-konsekuensi sosial obyektif yang di maksudkan atau tidak
dibayangkan. untuk mengadakan peralihan teori petukaraqn ke teori funsionalisme
,ingat salah satu tujuan bila yang utama yakni untuk menjelaskan munculnya
stuktur sosial yang besar dari prinsip-prinsip pertukaran yang dasar.sebaliknya
teori-teori fungsional cendrung untuk mulai dengan struktur yang sudah ada.
Analisa funsional juga relavan dengan suatu
pemahaman akan proses perubahan sosial, khususnya perubahan yang
teratur.sesungguhnya, pandangan menganai saling ketergantungan institusional
mengandung implikasi bahwa kalau perubahan terjadi dalam satu institusi apa
saja, akan menghasilkan perubahan dalam institusi-institusi lainnya.walaupun
demikian, apakah tujuaannya untuk memahami keteraturan sosial atau untuk
memmbahas perubahan sosial , yang menjadi pokok permasalahan analisa funsional
adalah bekerja suatu sistem sosial yang sedang berlangsung,bukan mengenai
munculnya atau perkembangannya.
I. PARSON:
DARI TINDAKAN SOSIAL
Banyak ahli sosiologi melihat suatu perbedaan
yang tajam antara teori tindakan sosial yang terdapat dalam karya awal dari
parson,dengan analisanya kemudian mengenai sistem sosial yang bersifat
struktural funsional.Secara konsisten parson melihat kenyataan sosial dari
suatu perspektif yang sangat luas, yang tidak terbatas pada tingkat struktur
sosial saja. Berulang kali dia menunjuk pendekatannya sebagai suatu teori
mengenai tindakan yang bersifat umum. Sistem sosial hanya salah satu dari
sistam-sistem yang termasuk dalam perspektif keseluruhan; sistem kepribadian
dan sistem budaya merupakan sistam-sistem yang secara analisis dapat dibedakan.
Seperti halnya dengan organisme pelaku.
1. Riwayat hidup dan karir parson
Perspektif teoretis utama yang secara implisit
di terima oleh perinti sosiologi di amerika adalah teori evolusi
darwinis.skeptisisme terhadap usaha-usaha ke perubahan ini terdapat pada mereka
yang mengemukakan bahwa kemajuan sosial dalam jangka panjang merupakan hasil
dari percekcokan yang tidak dapat di hindarkan antara yang kuat dan yang lemah
dan akhirnya di menangkan oleh yang kuat.
2. Teori tindakan sosial valuntaristik
Dalam analisanya,prson banyak menggunakan
kerangka alat tujun (means-ends framework) . inti pemikiran parson
adalah bahwa:
Tindakan itu di arahkan pada tujuannya (atau
memiliki suatu tujuan )
Tindakkan terjadi dalam suatu situasi ,dimana
beberapa elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainnya digunakkan oleh
yang bertindak itu sebagai alat menuju tujuaan itu .Secara normatif tindakkan
itu di atur sehubungan dengan penentuan alat dan tujuan.
Tindakkan itu dilihat sebagai satuan kenyataan
sosial yang paling kecil dan paling kondisi, dan norma.
1.
Positivisme versus idealisme
Parsons mengemukakan bahwa model utilitarian
mengenai tindakan sosial tidak berhasil mempertahankan perbedaan analitis
antara tujuan, alat, dan kondisi tindakan.
2.
Penolakan pareto terhadap model rasional
Perasaan-perasaan dasar yang merupakan sumber
motivasi yang riil bagi tindakan orang disebut pareto dengan istilah residu, sedangkan
berbagai penjelasan atau pembenaran yang di berikan sebagai alasan untuk
tindakannya disebut dengan istilah deriasi.
Katagori lain mengenai tindakan tidak logis yang
paling penting dalam kerangka parsons adalah yang nonrational atau nonscientific,
dan bukan irational atau unstientific.artinya pembenaran atau penjelasan teoristis mengenai
tindakan yang mungkin di berikan seseorang bersifat nonimperis atau berada
diluar penjelasan ilmiah atau
rasional.
c. Transisi Durkheim kew
Idealisme Sosiologis
Durkheim, seorang ahli teori yang
dianalisia Parsons, yang yang bertolak landasan positivis, berbeda dari
Marshall dan Pareto karena menolak model tindakan yang
bersifat indiidualistik.Singkanya, analisa Parsons mengenai Marshall, Pareto, dan durkheim memperlihatkan
bahwa masing-masing menuju posisi valuntaristik dimana pentingnya oreitasi
normatif dan ideal-ideal yang di anut bersama diterima dan di akui.
3. Oriantasi Subyektif dalam Hubungan Sosial Variabel-variabel Berpola
Teori parsons pada umumnya bersifat (gineral
theory) mengenai tindakan sosial menekankan orientasi subjektif yang
mengendalikan pilihan-pilihan indidu. Pilihan-pilihan ini secara normatif atau
dikendalikan oleh nilai dan standar normatif bersama. Di antara sistem-sistem
klasifikasi ini ,variabel-variabel berpola mungkin yang paling banyak di kenal dan sering dikutip.tetapi variabel-variabel ini
harusb di lihat dalam konteks kerangka persons yang lebih umum sifatnya.dalam
kerangka-kerangka yang umum itu, oreintasi orang yang bertindak itu ada dua
elemen dasar : oreintasi motivasional dan oreintasi nilai. Oreintasi motivasional
menunjuk pada keinginan individu yanng bertindak itu untuk memperbesar kepuasan
dan menguranngi kekecewaan. Satu segi dari permasalahan ini adalah ikhtiaruntuk
menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan lansung yang memberikan kepuasan dengan
tujuan-tujuan jangka panjang.oreitasi nilai menunjukan pada standar-standar
normatif yang mengendalikan pilihan-pilihan individu(alat dan tujuan ) dan
prioritas sehubunngabn denganb adanya kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan
yang berbeda.
Tiga dimensi yang berbeda dalam oreintasi
individu.
1. Oreintasi motivasional 2. Oreintasi nilai
a. Dimensi kognitif a. Dimensi kognitif
b. Dimensi
katektik b. Dimensi apresiatif
c. Dimensi
evaluatif c. Dimensi moral
Dimensi kognetif berhubungan dengan sistem kepercayaan
budaya ,dimensi apresiatif dengan sistem budaya yanng berhubungan dengan
simbolisme ekpresif,dan dimensi moral berhubungan dengan sistem budaya dalam
oreintasin nilai.
Urutan yang terdapat dalam buku Toward A General Theory of Action:
1.
Afektivitas versus netralitas efektif.
2.
Orientasi-diri (self-orientasi) versus orientasi kolektiitas.
3.
Universalisme versus partikularisme.
4.
Askripsi versus prestasi (achieverment).
5.
Spesifitas versus kekaburan (diffuseness).
a.
Afektivitas versus Netralitas Afektif
Ini merupaka dilema apakah mencari atau
mengharapkan kepuasan emosional dari orang lain atau tidak, dalam suatu
situasi sosial. Pilihan yang jatuh ke afektifitas akan berarti
bahwa orang-orang yang terlibat itu akan berhubungan satu sama lain secara
emosional (senang satu sama lain) dan saling memberikan kepuaan secara
langsung.
b.
Orientasi-diri verus orientasi kolektif
Orientasi –diri akan berarti bahwa kepentingan
prtbadi orang itu sendirilah yang mendaat prioritas, sedangkan orientasi
kolektif akan berarti bahwa kepentingan orang lain atau kolektivitas secara
keseluruhan yang harus diprioritaskan.
c.
Universalisme versus partikularisme
Pola universalistik mencakup standar-standar
yang di dasarkan pada suatu hubungan tertentu (particular) diantara mereka
yang berinteraksi atau didasarkan pada sifat-sifat tertentu yang terdapat pada
kedua pihak.
d.
Askripsi versus prestasi
Orang lain dapat dilihat dan di nilai menurut siapa mereka dan apa yang mereka buat .dalam askripsi, orang lain diperlakukan menurut mutu
atau sifatnya yang khusus, yang membatasi keterlibatannya dalaqm suatu hubungan
sosial.
e.
Spesifitas versus kekaburan
Pada dasarnya, variabel ini berhubungan dfengan
ruang lingkup keterlibatan seseorang dengan orang lainnya. Toennies menghubungkan antara variabel-vriabel
pola pembeda dengan tipe hubungan sosial gemeinschaft dan gesellschaft, atau dilihat sebagai dimensi yang
mendasar dalam tipologi Toennies
Variabel-variabel itu dihubungkan dengan dikotomi Toennies, susunannya dapatdilihat sebagai berikut;
Gemeinschf Gesellschaf
Afektivitas Netralitas afektif
Orientas
kolektif Orientasi-diri
Partikularisme Universalisme
Askripsi prestasi
Kekaburan Spesifitas
Variabel-variabel yang berpopola untuk
mengidentifikasi orientas motivasional individu menghasilkan tipologi
pengelompokan kebutuhan (need
disposition) berikut ini : pemuasan segmental adalah kebutuhan akan pemuasan tertentu, tanpa
mncampurkannya dengan perasaan cinta pada orang lain yang malayani pemuasan
itu. Dengan kata lain, kita perlu mencin tai mereka yang kita hormati.
4. Strategi Analisa
Struktural-fungsional
Variabel-variabel berpola untuk analisa persyaratan-persyaratan fungsional yang dig menggambarkan hubungan osial yang
bersifat umum dengan berbagai kebutuhan. Strategi dasar pendekatan ini
adalah ;
A.
Mengidentifikasikan persyaratan-persyaratan
fungsional yang pokok dalam sistem yang sedang
dipelajari itu
B.
Menganalisa struktur-struktur tertentu dengan
persyaratan-persyaratan fungsional ini terpenuhi.
Tujuan Parson dengan analisa fungsionalnya adalah untuk meneliti proses atau mekanisme menghasilkan
kesesuaian ini. Internalisasi
adalahprooses oriantasi nilai budaya dan harapan yang disatukan dengan sistem
kepribadian.
5. Perkembangan Kerangka A-G-I-L
Pada dasarnya, bagan A-G-I-L itu menunjukkan pada
seperangkat empatpersyaratan fungsional yang harus dipenuhi oleh sistem sosial.
Keempatnya adalah sebagai berikut:
A-adaptation, menunjukkan
keharustem sosial untuk menghadapi lingkungannya.
G-Goal Attaiment, merupakan persyaratan fungsional yang muncul dari pandangan Parson
bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuan-tujuannya.
I-integration, merupakan
persyaratan yang berhubungan dengan interalasi antara para anggota dalam sistem sosial itu.
L-aLatent Patterm Maitenanca, Konsep latensi (latency)
menunjukkan pada berhentinya interaksi.
Gerakan-gerakan Tahap dalam A-G-I-L
Keempat persyaratan funsional dan fundamental
yang digambarkan dalam skema A-G-I-L-nya parsons, merupakan kerangka untuk menganalisi
gerakan-gerakan tahap yang dapat diramalkan.keempat persyaratan ini berlaku
untuk kelompok kecil dalam studi bales,dan untuk sistem tindakan sosial apa
saja.
Hirarki kontrol sosial
Berbagai sistem tindakan yang barui di tunjuk
itu dilihat sebagai berada dalam dalam suatu hubungan hirarki. Sistem-sistem
itub juga bersifat tumpang tindih. Sistem budaya merupakan orientasi nilai
dasar dan pola normatif yang dilembagakan dalam sistem sosial dan di
interinalisasikan dalam struktur keprabadian para anggotanya.
6. Kearangka A-G-I-L di terpkan pada masyarakat
Model A-G-I-L parsons dapat digunakan untuk
menganalisa interelasi antara pola-pola intitusional utama dalam sistem-sistem
sosial yang lebih besar, seperti masyarakat.Secara teoristis proses
mengindenifikasi berbagai
tingkatan sistem dan subsistem dapat dilaksananakan dari masyarakat keseluruhan
dan semua struktur intituisional yanngb utama sampai ketingkatan kelompok kecil
mikro dan hubungan antar pribadi.
Pertukaran subsistem
Ide mengenai pertukaran-pertukaran subsistem ini
dapat diterapkan pada tinjgkatan-tingkatan yang
berbeda.pada masyarakat keseluruhan, pertukaran ini dapat di lihat misalnya
antara institusi dalam masyarakat,
Media Pertukaran antara subsisistem
Menurut persons , media pertukaran yang
ttermasuk dalam subsistem pencapaian tujuan adalah kekuasaan .dalam banyak
hal kekuasan sebanding dengan uang. Kekuasaan dapat di pindahkan dari satu
satuan ke satuan yang lainnya ; dapat dipergunakan untuk berbagai kolektif.
7. Disferensi struktural dan perubahan sosial
Usaha
parsons sehubungan dengan perubahan sosial membawa poerkembangan suatu teori
evolusi modern yang menggabungkan pokok-pokok tertentu yang sudah dikembangkan
terlebih dahulu.beberapa perkembangan tertentu yang saling berhubungan yang di
tunjuk persons:
1.
Muncul sistem strafikasi sosial sebagai suatub
dimensi struktur sosial adalah terpisah, dan berbeda dari organisasi
kekerabatan.
2.
Legitimasi budaya terhadap strukturc politik
yang muncul.
3.
Organisasi birokratis
4.
Sistem uang dan jaringan pasar imopersonal
5.
Kerangka norma universalistik
6.
Pola-pola asosiasi demokratis
II.
MERTON DAN FUNGSIONALISME TARAF-MENENGAH
Mungkin hanya
sedikit ahli Sosiologi Amerika akan membantah ucapan Parsons bahwa berada dalam
satu aliran sendiri. Dari teorinya mengenai tindakan yang bersifat voluntaristik
di tahun 1930-an sampai dengan teori evolusinya ditahun 1960-an.
1.
Strategi Dasar dari Analisa Fungsional
Taraf-Menengah
Bagi Merton
pendekatan fungsional bukanlah suatu teori komprehensif dan terpadu melainkan
suatu strategi untuk analisa. Strategi ini merupakan suatu titik tolak dan
memberikan suatu bimbingan, tetapi teori-teori taraf-menengah yang dikembangkan
dari titik tolak ini harus mampu berada dalam kesatuannya sendiri yang didukung
oleh data empiris yang sesuai. Mungkin pada akhirnya berbagai teori
taraf-menengah ini dapat disatukan ke dalam suatu kerangka teoretis yang lebih
luas.
2.
Disfungsi Laten, Masalah Sosial dan Perubahan
Sosial
Konsep disfungsi
sangatlah berguna dalam mengembangkan suatu pendekatan fungsional dalam masalah
sosial dan perubahan sosial. Konsekuensi disfungsional mengurangi kemampuan
mengadaptasi dari sistem itu dan mungkin akhirnya menghasilkan ketegangan
terbuka dan kekacauan. Satu hasil dari akumulasi konsekuensi-konsekuensi
disfungsi adalah bahwa struktur-struktur kompensatif dapat dibentuk untuk
menetralisasi atau menghilangkannya.
3.
Contoh-contoh Teori Fungsional Taraf-Menengah
Secara keseluruhan
karya Merton tidak memberikan suatu analisa yang abstrak mengenai fungsi atau
disfungsi, baik yang bersifat laten maupun yang manifes.Tetapi teori-teori ini
memliki satuannya sendiri, tanpa memperluas penggunaan terminologi analisa
fungsional dan tanpa menghubungkannya dengan yang lainnya secara jelas.
a.
Struktur Sosial dan Anomi
b.
Kepribadian Birokratis
c.
Teori Kelompok Referens