Teori interaksi simbol lebih dalam dari pada bentuk-bentuk interaksi nyata menurut Simmel.Seperti namanya sendiri menunjukkan, teori itu berhubungan dengan media symbol di mana interaksi terjadi.Dalam karya Mead khususnya, teori ini meliputi analisa mengenai kemampuan manusia untuk menciptakan daan memanipulasi symbol-simbol.
Beberapa dari perhatian utama dalam teori interaksi symbol adalah dinamika-dinamika interaksi tatap muka, saling ketergantungan yang erat antara konsep-diri individu dan pengalaman-pengalaman kelompok kecil, negosiasi melalui norma-norma bersama dan peran-peran individu, serta proses-proses lainya yang mencakupi individu dan pola-pola interaksi dalam skala kecil. Interaksionisme simbol merupakan perspektif utama dan yang paling umum masa kini yang menganalisa saling ketergantungan antara kesadaran subyektif dan pola-pola interaksi ditingkat makro.
I. MEAD DAN PERKEMBANGAN INTERAKSIONISME SIMBOL
Mead dia adalah orang penting yang mewakili filsafat pragmatis.Pragmatis menekankan hubungan yang erat antara pengetahuan dan tindakan mengatasi masalah.
Dalam filsafat Pragmatis menekankan pada kemampuan-kemampuan manusia untuk mengulangi lingkunganya yang sedang mengalami perubahan dengan berhsil melalui tindakan fleksibel atau inovatif.Perspektif filosofis dan sosiologis dari Mead mencerminkan pengaruh kebudayaan Amerika yang lebih luas.
1. Riwayat Hidup Mead
George Herbert Mead lahir tahun 1863 di Massachusetts, saat masih kecil pindah ke Oberlin, Ohio, tempat Seminari Teologi Oberlin, di mana ayahnya, Hiram Mead, mengajar.Ayahnya Mead Pernah menjadi pendeta Konggregasi di Massachusetts.Melalui kedua orangtuanya Mead mewarisi Puritanisme New England. Mead masuk Oberlin saat usia enam belas tahun. Oberlin merupakan sebuah institusi yang secara sosial sangatlah maju, tetapi kurikulum dan gaya intelektualnya sangat tradisional dan dokmatis mencerminkan pengaruh Puritanisme New England. Di bawah pengaruh Henry Northrup Castle kawan setianya di Oberlin, pelan-pelan Mead menolak dogmatism agama kolese Oberlin, tetapi dia tetap mempertahankan masalah sosial itu.
Ayah Mead meninggal sebelum dia tamat dari Oberlin, Mead mencari makan dengan menjadi seorang pelayan di kolese.Ibunya Elizabeth Billings, mulai mengajar di Oberlin dan akhirnya menjadi presiden Mount Holyoke College. Sesudah tamat dari Oberlin, Mead mengajar sekolah dasar, empat bulan kemudian dia dipecat karena mengusir anak-anak yang suka rebut di sekolah. Kemudian dia bekerja selama tiga tahun di Wisconsin Central Rail Road Company, bekerja sebagai pegawai kereta api yang mengadakan survei yang menentukan lintasan kereta api dari Minneapolis, Minnesota, ke Moose Jaw, Saskatchewan. Dia banyak membaca dan memberikan les privat.
Tahun 1887 Mead mendaftar di Universitas Harvard.Perhatian utamnya waktu itu filsafat dan psikologi.Khususnya tertarik pada filsafat Hegel lewat gurunya, Josiah Royce.Mead berkenalan dengan seorang Pragmatis, Willian James.Mead tinggal di rumah James dan memberikan les privat kepada anak-anaknya.Namun Mead dan James tidak berteman akrab karena perbedaan setatus.Dan filsafat pragmatis James tidak ada pengaruhnya terhadap Mead sampai jauh kemudian.
Setahun di Harvard Mead melanjutkan studi di Eropa.Henry Castel dan saudarinya Helen sudah bertolak menuju Eropa beberapa bulan sebelum Mead; kemudian bertemu di Leipzig.Meskipun Mead dan Helen sudah kenal lama namun baru ketika di Leipzig mereka bertemu lagi dan menikah di Berlin menikah tahun 1891. Ketika di Leipzig, Mead berkenalan dengan karya Whilhelm Wundt, yang konsepnya tentang gerak-isyarat (gesture) merupakan dasar dari karya Mead selanjutnya.Di Leipzig Mead bertemu ahli psikologi sosial Amerika yang ternama G. Stanly Hall.
Tahun 1891 Mead kembali ke Amerika sebagai dosen mata kuliah filsafat dan psikologi di Universitas Michigan, dia bertemu dengan John Dewey dan Charles Horton Cooley.Dewey mengepalai Departemen Filsafat di Universitas Chicago, yang baru didirikan dan dibantu dibiayai John D. Rockefeller.Dewey diterima dengan syrat bahwa dia dapat mengajak serta Mead bersamanya.Tahun 1894 Dewey meninggalkan Chicago menuju Universitas Columbia tahun 1905, Dewey dan Mead menjalin hubungan professional yang baik.
Dewey lebih berpengaruh dari pada Meadkarena Dewey memiliki kepribadian yang menarik dan menulis lebih banyak.Namun demikian, Pragmatisme yang terdapat pada aliran Chicago, sesunguhnya berasal dari kedua orang itu, karena keduanya saling mendukung ataupun karaena usaha secar individual.Ide-ide Mead yang terkenal di terbitkan mahasiswanya setelah dia meninggal.
Ketika dewey pindah ke Colombia tahun 1905 Mead tetap di universitas Cicago. Mereka masih saling kontak dan kadang Dewey kembali ke Chicago untuk suatu kunjungan.Tahun 1931 Dewey mengajak bergabung Mead di Columbia tetapi sebelum mengatur pindah Mead meninggal.
Mead orang sederhana dan rendah hati, sangat betah ditengah-tengah lingkungan Chicago yang dinamis.Seperti kaum pragmatis Chicago lainya. Dia yakin akan kemungkinan-kemungkinan perubahan sosial, dan dia melibatkan dirinya dalam usaha mengulangi masalah-masalah sosial yang banyak dijumpai seperti jamur di musim hujan di suatu kota yang dinamis. Bersama Dewey dia mengambil bagian dalam gerakan pendidikan progresif dan pernah satu kali menjadi presiden School of Education’s Parent’s Associaton; dia terlibat dalam City Club of Chicago dan menduduki jabtan ketua Committee on Public Education serta sebagai presidennya. Dia adalah kawan Jane Addams, dan dia membantu mendorong karyanya, menyediakan pemukiman bagi imigran atau bagi mereka yang tidak memiliki rumah memadai.
2. Pengaruh Intelektual terhadap Mead
Mead sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin.Darwinisme sosial merupakan unsur penting dalam perspektif ilmu sosial Amerika. Namun hanya menerima prinsip Darwin bahwa organisme terus-menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkunganya dan proses ini terbentuk atsu karakteristik organisme mengalami perubahan yang terus-menerus.
Penjelasan Mead tentang pikiran tau kesadaran manusia sejalan tentang kerangka evolusi ini. Dia melihat fikiran manusia sebagai suatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah. Pem,unculanya itu manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alami.
Tekanan Mead juga mencerminkan pengaruh Hegel dan ahli filsafat idealistis jerman lainya. Filsafat Hegel didasarkan pada suatau pandangan mengenai perkembangan ide-ide atau bentuk-bentuk kesadaran secara dialektis.
Pandangan Dealektis mengenai relativitas bentuk-bentuk kesadaran atau pengetahuan sejajar denagn pandangan pragmatis bahwa bentuk-bentuk pengetahuan diharapkan harus berubah , begitu masalah,masalah lingkungan dimna manusia harus menyesuaikan dirinya, mengalami perubahan.
3. Komunikasi dan Munculnya Pikiran
Mead berpendapat bahwa adaptasi individu terhadap dunia luar dihubungkan melalui proses komunikasi, yang berlawanan dengan hanya sekedar respons yang hanya sekedar respons yang bersifat reflektif dar i organisme itu terhadap rangsangan dari lingkungan
a. Isyarat versus Simbol dalam Proses Komunikasi
Komunikasi melalui isyarat-isyarat sederhana adalah bentuk yang paling sederhana dan yang paling pokok dalam komunikasi, tetapi manusia tidak terbatas dalam komunikasi ini. Hal ini karena manusia menjadi obyek untuk dirinya sendiri (dan juga sebagai subyek yang bertindak) dan melihat tindakan-tindakanya seperti orang lain dapat melihatnya. Dengan kata lain, manusiadapat membayangkan dirinya secara sadar dalam perilakunya dari sudut pandang orang lain. Sebagai akibatnya, mereka dapat mengkontruksikan perilakunya dengan sengaja untuk membangkitkan tipe respon tertentu dari orang lain.
b. Proses Berpikir
Dalam pandangan Mead, hubungan antara komunuikasi dengan kesadaran subyektif sedemikian dekatnya, sehungga proses berfikir subyektif atau refleksi dapat dilihat sebagai suatu sisi yang tidak kelihatan (covert) dari komunikasi itu. Dalam banyak hal mungkin mereka berfikir dalam hatinya (corvertly) melalui beberapa alternatif, khususnya kalu pihak lain yang terlibat (dalam percakapan itu).
Mead menekankan bahwa proses berpikir itu dimulai atau dirangsang munculnya suatu masalah, atau lebih khusus lagi, suatu hambatan yang menghalangi tindakan-tindakan individu untuk memenuhi kebutuhan atau tujuanya.
4. Konsep-Diri dan Organisasi Sosial
Mead mengemukakan bahwa konsep-diri terdiri dari kesadarn individu mengenai keterlibatanya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung atau dalam suatu komunitas yang terorganisasi. Kesadaran-diri ini merupakan hasil dari suatu proses refleksi yang tidak kelihatan dimana individu itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau yang bersifat potensial dari titik pandang orang lain dengan siapa individu itu berhubungan. Dengan kata lain, individu menjadi obyek dirinya sendiri denga mengambil posisi orang lain dan menilaiperilakunya sendiri seperti mereka inginkan. Misalnya seorang politisi dapat dengan sengaja menahan diri dari penggunaan bahasa yang kasar dan pedas kalau sedang mengucapkan pidato didepan umum karena dia tidak menginginkan public melihat dia sebagi seorang yang kasar menggunakan bahasa yang seruapa itu
a. “I” dan “Me” sebagai Dua Dimensi Konsep-Diri
Konsep –diri tidak terbatas pada persepsi-persepsi orang secara pasif mengenai reaksi-reaksi dan definisi-definisi orang lain. Individu juga merupakan subyek yang bertindak.Bagian diskusi dari Mead yang penting adalah hubungan timbal-balik antara diri sebagai obyek dan diri sebagai subyek.Diri sebagai obyek ditunjukan Mead dengan konsep “me”, diri sebagai subyek yang bertindak ditunjukan dengan konsep “I”.“I” merupakan aspek diri yang bersifat non-reflektif.
Analisa Mead tentang “I” memberikan suatu peluang yang besar umtuk kebebasan dan spontanitas .Juga analisanya tentang bagaimana “I” itu mempengaruhi “me” menunjukan bagaimana dimensi-dimensi yang baru dan unik dari perilaku itu mengahsilkan suatu modifikasi konsep-diri secara bertahap.
b. Tahap-tahap dalam Perkembangan Konsep-diri
Mead membedakan paling kuarang tiga fase yang berbeda dalam proses ini dimana individu belajar mengambil perspektif orang lain dan melihat dirinya sendiri sebagai obyek. Yang pertama adalah tahap bermain di amna si individu itu “memainkan” peran sosial dari seseorang yang lain.
Begitu anak-anak lebih berkembang dalam pengalaman sosialnya, tahap pertandingan (game) muncul sebagai langkah berikut yang penting dalam perkembangan konsep diri.
Untuk ikut serta dalam kehidupan bersama suatu kelompok atau masyarakat atau manusia umumnya, individu itu diminta untuk menerima pandangan-pandangan bersam serta sikap-sikap kehidupan bersama itu. Masing-masing individu memiliki cara berpartisipasi yang unik dalam kehidupan bersama dari kelompok dan komunitas, dan itu akan tercermin dalam munculnya segi-segi unik tertentu dari konsep-diri.
c. Mengambil peran orang Lain sebagai Dasar Organisasi Sosial
Dalam pandangan Mead, organisasi definisi-definisi, sikap-sikap, konsep-diri individu yang bersifat internal (atau subyektif), dan organisasi kelompok-kelompok, institusi-institusi sosialdan masyarakat itu sendiri yang bersifat eksternal, keduanya saling berhubngan dan saling tergantung, karena baik organisasi internal maupun eksternal muncul dari proses komunikasi symbol.
Organisasi sosial memperlihatkan inteligensi manusia dan pilihanya.Denghan munculnya inteligensi (atau kemampuan untuk menciptakan dan menggunakan symbol-simbol), individu-individu dapat melampaui (transcend) banyak batas yang muncul dari sifat biologisnya atau lingkungan fisik.
Meskipun Mead memusatkan perhatian pada interaksi mikro lebih dari struktur sosial, namun begitu dia menujukan bagaimana perspektifnyadapat digunakan dalam menganalisa organisasi sosial. Sebagai contoh, institusi ekonomi dapat dan istitusi agamadapat dimengerti menurut proses mengambil peran orang lainyang bersifat fundamental. Mampu mengambil peran dari setiap orang dan mampu memberikan respons terhadap tetangga atau anggota komunitas.
I. PARA PERINTIS LAINNYA DALAM PSIKOLOGI SOSIAL
Sumbangan Charles Horton Cooley dan Wiliam I. Thomas.Yang memusatkan perhatianya pada individu dan proses-proses interaksi tingkat mikro, dan keduanya memberikan sumbangan berdirinya lembaga psikologi sosial Amerika.Teori interaksi symbol masa kini masih menghargai sumbangan-sumbangan para perintis mereka.
1. Cooley: “Looking-Glass Self” dan Kelompok Primer
Cooley tinggal di Ann Arbor, sebuah kota pelajar yang tenang. Lingkunagan sosial ini sesuai dengan watak Cooleyyang suka menyendiri dan kontemplatif.Dalam banyak hal, teori sosialnya mencerminkan temperemenya ini.
Pendekatan cooley bersifat organis, tetapi puasat perhataianya adalah saling ketergantungan individu yang bersifat organis melalui proses komunikasi sebagai dasar keteraturan sosial. Gambaran Cooley tentang kenyataan sosial sangat bersifat idealis, mungkin sebagaiannya karena hasil dari warisan New England-nya.Dia mendapat banyak inspirasi dari idealism Ralph Waldon Emerson yang bersifat transedental.
Saling ketergantungan organis antara individu dan masyarakat diungkapakan dalam analisa Cooley mengenai perkembangan konsep diri (“I” seseorang). Meskipun Cooley merasakan bahwa manusia lahir dengan perasaan diri (self-feeling) yang tidak jelas dan belum terbentuk, ia menekankan bahwa pertumbuhan dan perkembangan perasaan diri ini merupakan hasil darii proses komunikasi interpersonal dalam suatu lingkungan sosial. Yang penting khususnya adalah bagaimana orang menangkap apa yang dipikirkan orang tentang dia. Hal ini berhubungan sangat erat dengan perasaan diri seseorang. Apakah orang itu senag atau kecewa dengan penampilan dan perilakunya, sebagian besar merupakan hasil dari apakah orang lain dilihat menetujui atau menolak penampilan dan perilakunya.
Cooley melihat kelompok primer ini sebgai “wadah terbentuknya watak manusia”. (nursey of human nature) di mana setiap individu memulai kehidupan yang actual dalam lingkungan sosial yang pertama sekali dan paling pokok (primitive) dan satu-satunya tipe yang dapat ditemukan di mana-mana. Tidak jadi masalah, bagaimana bervariasi dan kompleksnya struktur masyarkat-masyarakat yang berbeda-beda secara keseluruhan dalam institusinya, semua masyarakat memiliki kelompok seperti itu sebgai intinya.
Dengan kelompok primer saya artikan kelompok yang ditandai oleh persatuan (association) dan kerjasama tatap muka yang bersifat intim.
Namun, dorongan-dorongan individualistis atau yang bersifat kompetitif ini diperlunak dan diperhalus oleh pemahaman simpatetis yang terjadi secar timbal-balik antara individu dan oleh perasan-perasaan yang sedemikian bersama, yang memberikan kesatuan pada kelompok itu. Dalam konteks kelompok primer, individu berkembang dan belajar mengungkapkan perasaan-perasaan sosialnya, seperti kesetiaan dan kerelaan untuk membantu dan bekerja sama dengan orang lain.
Namun tidak semua satuan sosial yag lebih besar dapat merangsang perasaan kelompok primer ini. Banyak hubungan sosial dalam struktur yang lebih besar akan lebih merupakan sifat kelompok sekunder dari pada kelompok primer. Kelompok atau hubungan primer lebih impersonal sifatnya, yang mencerminkan tingkat keakraban antarpribadi lebih rendah.
Tekanan pada sifat subyektif kenyataan sosial ini, tercermin dalam definisi Cooley mengenai institusi sosial. “ suatu institusi hanyalah suatu tahap dari pikiran orang banyak (public mind) yang bersifat mapan dan tegas dia tidak berbeda dalam sifat dan pokoknya dari pandangan umum, meskipun yang sering kelihatan adalah bahwa dia memiliki suatu eksistensi tertentu dan bersifat independent, apabila kita melihat sifat permanennya dan pabila kita melihat kebiasaan-kebiasaan serta symbol-simbol di mana institusi itu terselubung. Namun demikian, tekanan cooley pada umumnya adalah pada pandangan bahwa masyarakat (terstruktur, institusi, pola normative, dan lain-lain)ada dalam perasan dan pikiran individu.
2. Thomas dan Definisi Situasi
William I. Thomas adalah seorang tokoh lain yang penting diantara para ahli sosioogi Amerika pada saat-saat awal, yang memusatkan perhatianya pada saling ketergantungan organis antara individu dan lingkungan sosial, dan yang gagasan-gagasanya dapat dengan mudah digolongkan dalam gaya analisa sosiologi tingkat-mikro dalam interaksionisme simbolik.Seperti yang dikatakan Thomas,”mengawali setiap tindakan perilaku yang ditentukan sendiri, selalu ada satu tahap pengujian dan pertimbangan yang dapat kita sebut definisi situasi.
Dalam hal ini perilaku individu secara berthap dibentuk oleh lingkungan sosial-budayanya.Selalu ada kemungkinan untuk ketegangan dan konflik antara definisi situasi yang diterima dalam masyarakat dan definisi indifidu yang bersifat sepontan.
Analisa situasi yang diberikan Thomas dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa orang yang mempunyai sikap yang berbeda atau orang yang sudah mendapat sosialisasi dalam lingkungan budaya atau subkultur yang berlainan tidak memberikan respon terhadap stimulus yang sama dengan cara yang sama. Perbedaan-perbedaan dalam respon terhadap suatu situasi tertentu merupakan hasil dari suatu perbedaan dalam definisi subyektif.
II. INTERAKSIONISME SIMBOL MASA KINI
Beberapa ide-idenya yang sudah didiskusikan terlebih dahulu yang menjadi dasar interaksionisme simbolik masa kini meliputi: saling ketergantungan organis antara konsep diri dan organisasi sosial; gambaran tentang kenyataan sosial yang muncul dari komunikasi symbol ; tekanan pada asul-usul sosial dari konsep diri dan sikap-sikap seseorang; ide bahwa respon terhadap stimulus lingkungan sangat bervariasi dan memcerminkan arti subyektif yang dimiliki bersama; dan penggunaan konsep-konsep secara meluas seperti peran, melaksanakan peran, mengambil peran.
Karyanya Kuhn dipusatkan pada pengukurandan analisa konseo-diri. Atau sistem sosial muncul melalui proses interpretasi subyektif dan komunikasi antarpribadi. Tekanan pada faktor structural yang menentukan ini mengabaikan proses interpretatif di mana individu secara aktif mengkontruksikan tindakan-tindakanya dan proses interaksi di mana individu menyesuaikan diri dan mencocokan berbagai macam tindakannya dengan mengambil peran dan komunikasi symbol. Singkatnya, bagi interaksionisme symbol, organisasi sosial tidak menentukan pola-pola interaksi;organisasi sosial muncul dari proses interaksi.
1. Konsep-Diri: Model Identitas-Peran Menurut McCall dan Simmons
Menekankan pentingnya konsep-diri dalam interaksi, tekanan ini diungkapkan dalam model McCall dan Simons mengenai “identitas peran”. Identitas peran terdiri dari gambaran diri yang bersifat ideal yang dimiliki oleh individu sebagai orang yang menduduki berbagai posisi sosial. Menonjolnya suatu identitas –peran tertentu juga dipengaruhi oleh kebutuhan orang itu akan dukungan sosial dan jenis pemuasan lainya yang berasal dari penampilan identitas itu.
2. Perspektif Interaksionisme Simbol mengenai Penyimpangan
Pentingnya terhadap reaksi soaial terhadap seseorang dapat kita lihat dalam studi-studi mengenai penyimpangan.Beberapa karya yang paling menarik yang sekarang terdapat dalam studi mengenai penyimpangan, khusunya pada penekanan negosiasi mengenai arti situasi dan perilaku serta respons individu terhadap satu sama lain menurut definisi hasil negosiasinya itu.
Perspektif interaksionalisme symbol mengenai penyimpangan memulai dengan suatu pengakuan bahwa penyimpangan tidak hanya sekedar suatu manitestasi suatu ciri pembawaan sejak lahir atau cacat kepribadian.
Tambahan pula, pola-pola normative bersama atau harapan-harapan orang lain mungkin tidak konsisten dengan dorongan hati atau kepentingan kita. Artinya mungkin orang lain mengharapkan supaya kita mengikuti pola-pola normative tertentu dalam situasi di mana kita tidak merasa enak untuk berbuat demikian.
Beberpa hal penyimpangan tidak dianggap sepi, Penyimpangan itu menimbulkan suatu respons, sering datang dari pihak kepolisianimpang menjadi sifat.Karena itu perilaku penyempang menjadi sifat pokok dalam interaksi dan akhirnya merupakan elemen utama dalam identitas diri si penyimpang itu.
Suatu pernyataan pokok harus dikemumkakan dalam hubungan dengan kritria yang dignakan untuk membedakan penyimpangan yangdianggap sepele dan yang diberi perlakuan khusus.Salah satu kriteriumnyaadlah kekacauan sosial atau bahaya perorangan yang merupakan suatu tipe penyimpangan tertentu.Jadi hokum criminal memberiakbn kodefikasi pada pelanggara -pelanggaran yang dianggap menggangu atu membahayakan masyarakat.
III. GOFFMAN DAN PENDEKATAN DRAMATURGI TERHADAP DINAMIKA INTERAKSI
Pengaruh konsep-diri individu pada definisi-definisinya mengenai situasi dan perilaku serta gaya interaksi, merupakan slah satu tema pokok dalam perspektif dramaturgi masa kini, seprti yang dikembangkan di bawah pengaruh Erving Goffman. Meskipun pendekatan Goffan merupakan suatu yang baru dalam analisa sosiologis, pendekattan itu mencerminkan wawasan yang dulu dikemukakan oleh Sharkespeare bahwa dunia ini merupakan suatu panggung dan manusia hanyalah sekedar pemain-pemain saja diatas panggung ini; masing-masing masuk ke dalam panggung, memainkan suatu peran tertentu atau membawakan lakon dan, akhirnya, keluar. Goffan menganalisis berbagai setrategi yang digunakan individu dalam usaha untuk memperoleh kepercayaan sosial terhadap konsep-dirinya.
Menurut model analisa ini , masalah utama yang dihadapi individu dalam berbagai hubungan sosialnya adalah mengontrol kesan-kesan yang diberikannya pada orang lain. Pada akhirnya, individu berusaha mengontrol penampilanya, keadaan fisiknya di mana mereka memainkan peran-perannya, serta perilaku perannyayang actual dan gerak isyarat yang menyertainya.
Sebagai contoh, seorang tuan rumah dari kelas menengah tertentu akan mempersiapkan suatu silaturahmi dengan sangat cermat yang akan dia laksanakan, dengan membersihkan rumahnya sebaik-baiknya, merapikan diri, memilih pakain yang cocok untuk dipakai, dan seterusnya, semua itu dimaksudkan untuk memberikan keasan bahwa dia adalah orang yang menarik , seorang tuan rumah yang sangat ramah , dan orang mampu dalam tugas rumah tangga setiap hari.
Pementasan atau penampilan yang disengaja dan karakter suatau peristiwa yang dirancang seperti silaturahmi mungkin kelihatan jelas.Tetapi, semua peristiwa sosial memiliki sifat dramatugi, karena semua bentuk perilaku mempunyai implikasi yang potensial untuk konsep-diri si pelakon yang terlibat dalamnya.
Perhatian individu terhadap peraturan kesan (impression management) tidak terbatas pada perilakunya yang nyata saja.Penampilan individu dan perilaku yang umum juga sangat relevan untuk identitasnya. Oleh karena itu, mereka mau mempersiapkan penampilanya sebelum memainkan peran tertentu (dengan merias diri, memilih pakaian yang cocok, diet dan lain-lain), dan akan berusaha mengontrol berbagi gerak yang tidak cocok, yang mungkin menguarangi gaya penampilan itu.
Usaha yang berhubungan dengan pengaturan kesan mungkin dilihat sebagai usaha untuk mengontrol definisi situasi yang umum karena identitas individu sangat erat hubungannya dengan definisi sosial tantang situasi dimana mereka terlibat.
Salah satu hal dalam analisis dramaturgi Goffman yang menarik perhatian adalah pengakuanya akan banyaknya cara diman oaring bekng ranah kerja sama dalam melindungi berbagai tuntutan satu sam lain berhubungan denagn kenyataan sosial yang sedang mereka usahakan untuk dipetaskan atau identitas yang mereka coba tampilkan. Hal ini penting, karena hakikat kenyataan sosial yang dirancanag itu membuatnya sangat mudah dikritik dan mudah retak. Denagn kata lain, kesan-kesan mengenai kenyataan dan mengenai diri yang mereka coba ciptakan dapat dengan mudah diganggu atau jatuh berantakan.
Dengan cara yang tak terbialng jumlahnya, orang terus terancam kemungkinan hilang muka dalam hubungan sosialnya. Tetapi mungkin tidak ada orang yang kebal akan ancaman akan penampilan yang kacau itu, orang sering bekerja sama dalam membantu mendukung identitasnya satu sama lain dan mempertahankan kesan-kesan yang ditampilkan orang lain. Sesungguhnya, disinilah pentingnya norma-norma kebijaksanaan dan sopan santun yang elementer .Jadi, kita berusaha untuk saling menutupi kekeliruan teman, dan kalau ini tidak mungkin, kita berpura-pura tidak memperhatikan dan sementara itu kita menyesuaikan perilaku kita dengannya.
Dialin pihak, ada beberapa situasi sosial, sering termasuk kompetisi dan konflik, diman individu mungkin mencari jalan untuk saling menjelekan penampilan. Sebagai ccontoh adalah situasi dimana seorsng lawan politik akan berusaha menjelekkan penampilan pejabat di kanto, mumngkin dengan menjelekan ketidak mampuan orang itu atau membuktikan bahwa pejabat itu menggunakan kantor untuk keuntungan.
1. Tim dan Audiensnya
Mengutip Goffman, suatu tim dapat didefinisikan sebagai sejumlah individu yang kerja samanya yang erat merupakan syarat kalau suatu definisi tertentu mengenai situasi yang direncanakan itu harus dipertahankan. Dinamika-dinamika interaksi dalam suatu tim dramaturgi berbeda sekali dari pola-pla interaksi antara tim dan audiensnya. Audiens diharapkan menerima kenyataan, termasuk identitas mereka yang terlibat, yang diperankan oleh tim itu. Namun anggota tim akan sedikit banyak sadar bahwa anggota audiens tidak memiliki sifat kenyataan yang direncanakan atau yang dipentaskan diatas panggung itu. Banyak dinamika-dinama yang menggambarkan dinamika-dinamika pola interaksi dalam suatu tim. Suatu profesor mungkin mencoba terlebih dahulu suatu teknik kelas yang baru di depan rekan-rekan sejawatnya dan meminta tanggapan mereka sebelum membawakan di depan audiens mahasiswa(yang bagaimanapun tidak dianggap mampu untuk memberikan tanggapan yang jujur).
Berhubungan denga perbedaan antara anggota tim dan audiens, Goffman membedakan antara bagian “pentas-depan”(fronstage) dan “pentas-belakang”(backstage). Sangat sederhana, pentas depan adalah bagian atau tempat dimana saja audiens itu diharapkan ada, sedangkan pentas belakang merupakan tempat terlarang bagi audiens atau orang luar lainnya.
Dalam banyak hal, berhasinya seseorang atau tim, merupakan konstruksi sosial. Situasi atau identitas tertentu yang diterima oleh audiens tanpa persoalan, akan langsung sebanding dengan tingkat dimana sifat atau situasi dan penampilan yang dirancang itu terselubung. Jadi, misalnya seorang tuan rumah mungkin berusaha untuk mempersilahkan pelbagai hidangan dalam suatu silaturahim dengan mengemukakan bahwa hidangan itu baik.
2. Kesulitan Interaksi yang Dihadapi Orang Cacat
Kesulitan-kesulitan untuk memproyeksikan identitas yang akan diterima oleh orang lain dan memuaskan dirinya sendiri, secara menarik diungkapkan dalam masalah interaksi yang dihadapi orang cacat. Suatu masalah sosial utama yang dihadapi orang cacat. Suatu masalah sosial utama yang dihadapi orang cacat adalah bahwa mereka itu”abnormal” dalam tingkat yang sedemikian jelasnya sehingga orang lain tidak merasa enak untuk berinteraksi dengan mereka atau tidak mampu berinteraksi dengan mereka sedemikian rupa sehingga cacat itu sendiri tidak menjadi pokok penting dalam interaksi itu. Seperti dikemukakan Goffman, rintangan yang nampak secara fisik merupakan sumber noda atau cacat(stigma). Stigma adalah sifat apasaja yang sangat jelas dan diandaikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepribadian individu sehingga individu itu tidak mampu untuk bertindak menurut cara yang biasa. Apapun sumber stigma itu, kesulitan interaksi yang dihadapi oleh orang cacat jelas sekali. Orang tidak cacat diasumsikan mampu, kecuali mereka memperlihatkan ketidakmampuannya, tetapi orang yang cacat diasumsikan tidak mampu (pada umumnya atau dalam hal tertentu kecuali kalau mampu membuktikan kebenarannya. Masalah utama bagi orang cacat adalah mengatasi asumsi negatif yang diberikan orang lain dengan memperlihatkan bahwa kecuali yang berhungan dengan anggota badannya yang cacat itu, dia mampu berinteraksi secara normal dengan orang lain dan mengalami emosi, kebutuhan,dan kepentingan secara penuh sebagai manusia yang mampu misalnya, orang jalan dengan merangkak saja harus dapat memperlihatkan bahwa walaupun dia tidak berjalan seperti biasa. Goffman juga mengupas secara luas masalah-masalah yang dihadapi orang institusi-institusi yang berhungan dengan gangguan mental.
Meskipun kesulitan interaksi yang dihadapi orang cacat dan pasien rumah sakit jiwa memberi suatu gambaran yang dramatis mengenai kesulitan memiliki suatu konsep-diri yang memuaskan yang diterima orang lain, orang-orang yang “normal”pun menghadapi masalah yang serupa.
3. Konteks Interaksi
Kegiatan-kegiatan dimana individu terlibat, tunduk pada interpretasi-interpretasi alternatif atau memiliki arti yang lebih dari satu. Harus ada dimensi fisik dalam konteks itu, yang meliputi ruang di mana kegiatan-kegiatan itu di mensi fisik dalam konteks itu. Dalam salah satu karyanya yang terbaru,Goffman menunjuk pada pemahaman bersama (shared understanding)sebagai ” kerangka” (frame) di mana peristiwa-peristiwa sosial itu terjadi. Suatu pertemuan formal yang berlangsung menurut prosedur parlementer, dapat kita lihat seperti contoh. Sejak itu, sampai dia mengatakan “Rapat ditunda”, segala sesuatu yang dikatakan akan dianggap sebagai bagian dari rapat resmi, dan dicatat hanya dalam konteks itu, kecuali kalau kerangka itu tidak berlaku karena adanya istirahat atau karena ada peringatan “tidak boleh disiarkan”. Kata-kata dalam mendefinisikan situasi dan memberikan batas-batas waktunya, tergantung pada pemahaman implisit diantara peserta serta sifat peristiwa itu.
Pusat perhatian Goffman terutama pada tingkat kenyataan sosial mikro. Tulisannya menyajikan contoh-contoh menarik mengenai seluk-beluk proses interaksi dalam pelbagai situasi, tetapi dia tidak memberikan suatu analisa sistematis mengenai institusi sosial yang besar atau dinamika-dinamika proses sosial ditingkat makro (studinya mengenai rumah sakit jiwa merupakan analisa institusionalnya yang paling sistematis).