kita takan pernah tahu dan menepatkan siapa yang paling setia diantara persahabat yang sudah terjalin. manusia datang dan pergi itu bisa terjadi, yang ada hanya siapa yang mampu bertahan dalam kondisi apapun. dulu aku sering menganggap persahabata itu abadi , yang aku tahu hanya dia bisa ada setiap waktu. tak perlu memiliki sahabat sejati, setidaknya aku belajar mengerti dan memahami tanpa egois. memaafkan pada kesalahan yang biasanya hal-hal sepele. tanpa mencari siapa yang paling cocok dalam berteman, sekarang lebih prioritas siapa yang paling mengerti dan menyayangi. karna menyayangi memiliki arti luas. tanpa memaki siapa yang salah , tapi memperbaiki setiap yang salah. tanpa membenci setiap hal yang tidak disukai, tapi belajar bahwa setiap individu itu unik. tapi tidak juga menampilkan keburukan lalu saling mengerti, tetapi saling merubah diri untuk jadi pribadi yang lebih baik .
Sabtu, 27 Desember 2014
Minggu, 21 Desember 2014
yogyakartaaa istimeewa nya tak tertabat
lama banget gak nengokin blog ini , kali ini aku bakal crita pengalaman perjalanan ke jogja sama pacar aku. perjalanan yang tidak di rencanakan seringkali terlaksana, iya memang dan terjadi. 7 desember 2014 pertama kali ke jogja menggunakan kendaraan roda 2 dan hanya berdua. sebenarnya teman-teman kami sudah jalan lebih dahulu ke jogja tapi karna sulit berhungan akhirnya kitamemutuskan untuk melanjutkan perjalaanan hanya berdua. perjalanan dari semarang-jogja hanya ditempuh 2,5 jam dengan kondisi jalan yang tidak terlalu ramai dan cuaca mendukung. tempat pertama yang kita kunjungi adalah UNIVERSITAS GAJAH MADA. sungguh pengalaman yang tidak bisa dilupakan walau kita hanya sampai di depan pintu utama. universitas yang banyak diminati inipun menjadi daya tarik untuk sekedar berwisata. tanpa mengurangi kecintaan kepada almamater tercinta UNNES, universitas ini menjadi salah satu mimpi untuk melanjutkan S2 nanti. yaah Insyaallah jika tercapai . sampai disana bingung untuk melanjutkan perjalanan kemana dulu, akhirnya memtuskan tujuaan ke pantai indrayanti, gunung kidul
LEGENDA AIR PANAS DI GUCI : SEBUAH KAJIAN FOLKLOR DAN RELEVANSINYA DENGAN ERA SEKARANG
A.
PENDAHULUAN
Masyarakat indonesia sejak masa
lampau telah memiliki kebudayaan.(PENGERTIAN KEBUDAYAAN). Hal ini didasari pada
kenyataan bahwa di indonesia terdapat berbagai macam jenis folklor yang dapat
digali dan dikembangkan untuk meningkatkan kepariwisataan pada umumnya dan
pariwisata buda pada khususnya. Tradisi lisan dalam suatu masyarakat diwariskan secara turun-temurun,
sehingga jejaknya masih ditemukan sampai sekarang. Perkembangan folklor dalam
kehidupan masyarakat, merupakan perwujudan dari usaha dan cara-cara kelompok
tersebut dalam memahami serta menjelaskan realitas lingkungannya, yang
disesuaikan dengan situasi alam pikiran masyarakat di suatu zaman tertentu.
Alam pikiran masyarakat yang dipandang sebagai lahan paling subur bagi
berkembangnya pemikiran seperti itu, menurut Peursen (1976), adalah alam
pikiran mistis. Alam pikiran mistis sangat menjiwai (mendasari) tradisi lisan
masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu sampai sekarang.
B.
FOLKLOR
Menurut Danandjaja Folklor secara keseluruhan adalah
sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun,
di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda,
baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau
alat pembantu pengingat. Secara keseluruhan folklor dapat didefinisikan yaitu
sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun,
di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda,
baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau
alat pembantu. Folklor dimaksudkan sebagai sekumpulan ciptaan tradisional, baik
yang dibuat oleh kelompok maupun perorangan dalam masyarakat, yang menunjukkan
identitas sosial dan budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang
diucapkan atau diikuti secara turun temurun.
·
Folklor lisan
Folklor lisan bentuknya murni
lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklore yang termasuk pada kelompok ini antara
lain : (1) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat
tradisional, dan title kebangsawanan; (2) ungkapan tradisional, seperti peribahasa,
pepatah, dan pomeo; (3) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; (4) puisi
rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair; (5) cerita prosa rakyat, seperti
mite, legenda, dan dongeng; dan (6) nyanyian rakyat. (kentongan tanda bahaya di
Jawa atau bunyi gendang untuk mengirim berita seperti yang dilakukan di
Afrika), dan musik rakyat. Jadi topik yang akan diangkat dalam makalah ini
merupakan folklor lisan jenis legenda.
Legenda adalah cerita rakyat yang
persediaannya paling banyak, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
karena legenda biasanya bersifat migratoris yakni dapat berpindah-pindah
sehingga dikenal luas di daerah yang berlainan. Selain itu menurut Alan Dundes
jumlah legenda di setiap kebudayaan jauh lebih banyak daripada mite dan dongeng.
Hal ini disebabkan jika mite hanya mempunyai jumlah tipe dasar yang terbatas,
seperti penciptaan dunia dan asal mula terjadinya kematian, namun legenda
mempunyai jumlah tipe dasar yang tidak terbatas, terutama legenda setempat,
yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan legenda yang dapat mengembara
dari satu daerah ke daerah lain (migratory legends). Begitu juga bila
dibandingkan dengan dongeng. Dongeng-dongeng yang berkembang sekarang ini
kebanyakan versi dari dongeng yang telah ada bukan merupakan dongeng yang baru.
Sedangkan legenda dapat tercipta yang baru.
Yus Rusyana (2000) mengemukakan
beberapa ciri legenda, yaitu:
1. Legenda merupakan cerita
tradisional karena cerita tersebut sudah dimiliki masyarakat sejak dahulu.
2. Ceritanya biasa dihubungkan
dengan peristiwa dan benda yang berasal dari masa lalu, seperti peristiwa
penyebaran agama dan benda-benda peninggalan seperti mesjid, kuburan dan
lain-lain.
3. Para pelaku dalam legenda
dibayangkan sebagai pelaku yang betul-betul pernah hidup pada masyarakat lalu.
Mereka itu merupakan orang yang terkemuka, dianggap sebagai pelaku sejarah,
juga dianggap pernah melakukan perbuatan yang berguna bagi masyarakat.
4. Hubungan tiap peristiwa dalam
legenda menunjukan hubungan yang logis.
5. Latar cerita terdiri dari
latar tempat dan latar waktu. Latar tampat biasanya ada yang disebut secara
jelas dan ada juga yang tidak. Sedangkan latar waktu biasanya merupakan waktu
yang teralami dalam sejarah.
6. Pelaku dan perbuatan yang
dibayangkan benar-benar terjadi menjadikan legenda seolah-olah terjadi dalam
ruang dan waktu yang sesungguhnya. Sejalan dengan hal itu anggapan masyarakat
pun menjadi seperti itu dan melahirkan perilaku dan perbuatan yang benar-benar
menghormati keberadaan pelaku dan perbuatan dalam legenda.
C.
LEGENDA AIR PANAS DI GUCI
Objek Wisata Guci Indah merupakan obyek
wisata air terjun, pemandian air panas, taman di kaki Gunung Slamet terletak di Bumijawa
memiliki ketinggian 800 meter dpl, sehingga udara di kawasan ini relatif
dingin. Sebelah utara berbatasan dengan balapulang dan margasari, sebelah selatan
berbatasan dengan brebes dan banyumas, sebalah barat berbatasan dengan brebes,
dan sebelah timur berbatasan dengan kecamatan bojong.
Legenda air panas
di obyek wisata Guci berasal dari Walisongo untuk orang-orang mereka utus untuk
menyiarkan agama islam di Jawa Tengah utamanya adalah bagian barat di sekitar
Tegal. Air itu ditempatkan di sebuah guci (poci), dengan itu masyarakat
menyebut lokasi pemberian air itu dengan nama Guci. Masyarakat percaya bahwa
air itu berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit dan dapat mendatangkan berkah
bagi masyarakat setempat dan yang lebih luas lagi adalah pengunjung obyek
wisata Guci. Tapi karena pemberian air sangat terbatas, pada malam jum’at
kliwon salah seorang sunan menancapkan tongkat saktinya ke tanah. Atas izin Tuhan
, maka mengalirlah air panas tanpa belerang. Masyarakat juga percaya bahwa air
itu berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit dan dapat mendatangkan berkah.
Legenda air panas
di Guci yang sudah berkembang dimasyarakat , mereka percaya bahwa cerita ini
akan membawa nilai dan manfaat di dalamnya. Masyarakat setidaknya punya cara
bagaimana mereka menyembukan penyakit dengan khasiat air panas tanpa belerang
di Guci. Legenda seringkali di gabungkan dengan hal-hal mistis. Guci akan
banyak di kunjungi setiap Malam jum’at Kliwon. Masyarakat berkunjung biasanya
bukan tanpa alasan selain alasan berwisata ada juga masyarakat yang datang
hanya khusus untuk ngalap berkah dengan mandi pukul 12 malam. Cara masyarakat
menjelaskan atau memahami realitas seperti di atas, bukan merupakan suatu
kesengajaan untuk mengacaukan fakta dengan khayalan, tetapi memang merupakan
suatu cara dalam menangkap realitas sesuai dengan alam pikiran mereka. Legenda
diharapkan mampu memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat, dan tidak hanya
yang muncul di dalamnya cerita mistis atau hal-hal ghaib saja. Walaupun tidak
bisa di hilangkan tentulah hal seperti itu pasti akan tetap ada dan berkembang
dimasyarakat dengan kepercayaan lokal yang ada.
Legenda sebagai kontrol
sosial masyarakat. Masyarakat pada hakikatnya merupakan kumpulan dari kelompok
yang hidup bersama untuk kepentingan bersama dengan cara hidup tertentu dan
memiliki ciri, kebiasaan dan budaya
tertentu. Komplek kaitannya dengan pengetahuan, kepercayaan, kesenian,moral
hukum,adat istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat
maka masyarakat perlu adanya kontrol sosial sebagai pedoman hidup. Kontrol
sosial merupakan suatu mekanisme untuk
mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk
berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya
kontrol sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang
berperilaku menyimpang / membangkang.
Senin, 05 Mei 2014
KENYATAAN MUNCUL DARI INTERAKSI SIMBOLIS
Teori interaksi simbol lebih dalam dari pada bentuk-bentuk interaksi nyata menurut Simmel.Seperti namanya sendiri menunjukkan, teori itu berhubungan dengan media symbol di mana interaksi terjadi.Dalam karya Mead khususnya, teori ini meliputi analisa mengenai kemampuan manusia untuk menciptakan daan memanipulasi symbol-simbol.
Beberapa dari perhatian utama dalam teori interaksi symbol adalah dinamika-dinamika interaksi tatap muka, saling ketergantungan yang erat antara konsep-diri individu dan pengalaman-pengalaman kelompok kecil, negosiasi melalui norma-norma bersama dan peran-peran individu, serta proses-proses lainya yang mencakupi individu dan pola-pola interaksi dalam skala kecil. Interaksionisme simbol merupakan perspektif utama dan yang paling umum masa kini yang menganalisa saling ketergantungan antara kesadaran subyektif dan pola-pola interaksi ditingkat makro.
I. MEAD DAN PERKEMBANGAN INTERAKSIONISME SIMBOL
Mead dia adalah orang penting yang mewakili filsafat pragmatis.Pragmatis menekankan hubungan yang erat antara pengetahuan dan tindakan mengatasi masalah.
Dalam filsafat Pragmatis menekankan pada kemampuan-kemampuan manusia untuk mengulangi lingkunganya yang sedang mengalami perubahan dengan berhsil melalui tindakan fleksibel atau inovatif.Perspektif filosofis dan sosiologis dari Mead mencerminkan pengaruh kebudayaan Amerika yang lebih luas.
1. Riwayat Hidup Mead
George Herbert Mead lahir tahun 1863 di Massachusetts, saat masih kecil pindah ke Oberlin, Ohio, tempat Seminari Teologi Oberlin, di mana ayahnya, Hiram Mead, mengajar.Ayahnya Mead Pernah menjadi pendeta Konggregasi di Massachusetts.Melalui kedua orangtuanya Mead mewarisi Puritanisme New England. Mead masuk Oberlin saat usia enam belas tahun. Oberlin merupakan sebuah institusi yang secara sosial sangatlah maju, tetapi kurikulum dan gaya intelektualnya sangat tradisional dan dokmatis mencerminkan pengaruh Puritanisme New England. Di bawah pengaruh Henry Northrup Castle kawan setianya di Oberlin, pelan-pelan Mead menolak dogmatism agama kolese Oberlin, tetapi dia tetap mempertahankan masalah sosial itu.
Ayah Mead meninggal sebelum dia tamat dari Oberlin, Mead mencari makan dengan menjadi seorang pelayan di kolese.Ibunya Elizabeth Billings, mulai mengajar di Oberlin dan akhirnya menjadi presiden Mount Holyoke College. Sesudah tamat dari Oberlin, Mead mengajar sekolah dasar, empat bulan kemudian dia dipecat karena mengusir anak-anak yang suka rebut di sekolah. Kemudian dia bekerja selama tiga tahun di Wisconsin Central Rail Road Company, bekerja sebagai pegawai kereta api yang mengadakan survei yang menentukan lintasan kereta api dari Minneapolis, Minnesota, ke Moose Jaw, Saskatchewan. Dia banyak membaca dan memberikan les privat.
Tahun 1887 Mead mendaftar di Universitas Harvard.Perhatian utamnya waktu itu filsafat dan psikologi.Khususnya tertarik pada filsafat Hegel lewat gurunya, Josiah Royce.Mead berkenalan dengan seorang Pragmatis, Willian James.Mead tinggal di rumah James dan memberikan les privat kepada anak-anaknya.Namun Mead dan James tidak berteman akrab karena perbedaan setatus.Dan filsafat pragmatis James tidak ada pengaruhnya terhadap Mead sampai jauh kemudian.
Setahun di Harvard Mead melanjutkan studi di Eropa.Henry Castel dan saudarinya Helen sudah bertolak menuju Eropa beberapa bulan sebelum Mead; kemudian bertemu di Leipzig.Meskipun Mead dan Helen sudah kenal lama namun baru ketika di Leipzig mereka bertemu lagi dan menikah di Berlin menikah tahun 1891. Ketika di Leipzig, Mead berkenalan dengan karya Whilhelm Wundt, yang konsepnya tentang gerak-isyarat (gesture) merupakan dasar dari karya Mead selanjutnya.Di Leipzig Mead bertemu ahli psikologi sosial Amerika yang ternama G. Stanly Hall.
Tahun 1891 Mead kembali ke Amerika sebagai dosen mata kuliah filsafat dan psikologi di Universitas Michigan, dia bertemu dengan John Dewey dan Charles Horton Cooley.Dewey mengepalai Departemen Filsafat di Universitas Chicago, yang baru didirikan dan dibantu dibiayai John D. Rockefeller.Dewey diterima dengan syrat bahwa dia dapat mengajak serta Mead bersamanya.Tahun 1894 Dewey meninggalkan Chicago menuju Universitas Columbia tahun 1905, Dewey dan Mead menjalin hubungan professional yang baik.
Dewey lebih berpengaruh dari pada Meadkarena Dewey memiliki kepribadian yang menarik dan menulis lebih banyak.Namun demikian, Pragmatisme yang terdapat pada aliran Chicago, sesunguhnya berasal dari kedua orang itu, karena keduanya saling mendukung ataupun karaena usaha secar individual.Ide-ide Mead yang terkenal di terbitkan mahasiswanya setelah dia meninggal.
Ketika dewey pindah ke Colombia tahun 1905 Mead tetap di universitas Cicago. Mereka masih saling kontak dan kadang Dewey kembali ke Chicago untuk suatu kunjungan.Tahun 1931 Dewey mengajak bergabung Mead di Columbia tetapi sebelum mengatur pindah Mead meninggal.
Mead orang sederhana dan rendah hati, sangat betah ditengah-tengah lingkungan Chicago yang dinamis.Seperti kaum pragmatis Chicago lainya. Dia yakin akan kemungkinan-kemungkinan perubahan sosial, dan dia melibatkan dirinya dalam usaha mengulangi masalah-masalah sosial yang banyak dijumpai seperti jamur di musim hujan di suatu kota yang dinamis. Bersama Dewey dia mengambil bagian dalam gerakan pendidikan progresif dan pernah satu kali menjadi presiden School of Education’s Parent’s Associaton; dia terlibat dalam City Club of Chicago dan menduduki jabtan ketua Committee on Public Education serta sebagai presidennya. Dia adalah kawan Jane Addams, dan dia membantu mendorong karyanya, menyediakan pemukiman bagi imigran atau bagi mereka yang tidak memiliki rumah memadai.
2. Pengaruh Intelektual terhadap Mead
Mead sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin.Darwinisme sosial merupakan unsur penting dalam perspektif ilmu sosial Amerika. Namun hanya menerima prinsip Darwin bahwa organisme terus-menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkunganya dan proses ini terbentuk atsu karakteristik organisme mengalami perubahan yang terus-menerus.
Penjelasan Mead tentang pikiran tau kesadaran manusia sejalan tentang kerangka evolusi ini. Dia melihat fikiran manusia sebagai suatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah. Pem,unculanya itu manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alami.
Tekanan Mead juga mencerminkan pengaruh Hegel dan ahli filsafat idealistis jerman lainya. Filsafat Hegel didasarkan pada suatau pandangan mengenai perkembangan ide-ide atau bentuk-bentuk kesadaran secara dialektis.
Pandangan Dealektis mengenai relativitas bentuk-bentuk kesadaran atau pengetahuan sejajar denagn pandangan pragmatis bahwa bentuk-bentuk pengetahuan diharapkan harus berubah , begitu masalah,masalah lingkungan dimna manusia harus menyesuaikan dirinya, mengalami perubahan.
3. Komunikasi dan Munculnya Pikiran
Mead berpendapat bahwa adaptasi individu terhadap dunia luar dihubungkan melalui proses komunikasi, yang berlawanan dengan hanya sekedar respons yang hanya sekedar respons yang bersifat reflektif dar i organisme itu terhadap rangsangan dari lingkungan
a. Isyarat versus Simbol dalam Proses Komunikasi
Komunikasi melalui isyarat-isyarat sederhana adalah bentuk yang paling sederhana dan yang paling pokok dalam komunikasi, tetapi manusia tidak terbatas dalam komunikasi ini. Hal ini karena manusia menjadi obyek untuk dirinya sendiri (dan juga sebagai subyek yang bertindak) dan melihat tindakan-tindakanya seperti orang lain dapat melihatnya. Dengan kata lain, manusiadapat membayangkan dirinya secara sadar dalam perilakunya dari sudut pandang orang lain. Sebagai akibatnya, mereka dapat mengkontruksikan perilakunya dengan sengaja untuk membangkitkan tipe respon tertentu dari orang lain.
b. Proses Berpikir
Dalam pandangan Mead, hubungan antara komunuikasi dengan kesadaran subyektif sedemikian dekatnya, sehungga proses berfikir subyektif atau refleksi dapat dilihat sebagai suatu sisi yang tidak kelihatan (covert) dari komunikasi itu. Dalam banyak hal mungkin mereka berfikir dalam hatinya (corvertly) melalui beberapa alternatif, khususnya kalu pihak lain yang terlibat (dalam percakapan itu).
Mead menekankan bahwa proses berpikir itu dimulai atau dirangsang munculnya suatu masalah, atau lebih khusus lagi, suatu hambatan yang menghalangi tindakan-tindakan individu untuk memenuhi kebutuhan atau tujuanya.
4. Konsep-Diri dan Organisasi Sosial
Mead mengemukakan bahwa konsep-diri terdiri dari kesadarn individu mengenai keterlibatanya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung atau dalam suatu komunitas yang terorganisasi. Kesadaran-diri ini merupakan hasil dari suatu proses refleksi yang tidak kelihatan dimana individu itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau yang bersifat potensial dari titik pandang orang lain dengan siapa individu itu berhubungan. Dengan kata lain, individu menjadi obyek dirinya sendiri denga mengambil posisi orang lain dan menilaiperilakunya sendiri seperti mereka inginkan. Misalnya seorang politisi dapat dengan sengaja menahan diri dari penggunaan bahasa yang kasar dan pedas kalau sedang mengucapkan pidato didepan umum karena dia tidak menginginkan public melihat dia sebagi seorang yang kasar menggunakan bahasa yang seruapa itu
a. “I” dan “Me” sebagai Dua Dimensi Konsep-Diri
Konsep –diri tidak terbatas pada persepsi-persepsi orang secara pasif mengenai reaksi-reaksi dan definisi-definisi orang lain. Individu juga merupakan subyek yang bertindak.Bagian diskusi dari Mead yang penting adalah hubungan timbal-balik antara diri sebagai obyek dan diri sebagai subyek.Diri sebagai obyek ditunjukan Mead dengan konsep “me”, diri sebagai subyek yang bertindak ditunjukan dengan konsep “I”.“I” merupakan aspek diri yang bersifat non-reflektif.
Analisa Mead tentang “I” memberikan suatu peluang yang besar umtuk kebebasan dan spontanitas .Juga analisanya tentang bagaimana “I” itu mempengaruhi “me” menunjukan bagaimana dimensi-dimensi yang baru dan unik dari perilaku itu mengahsilkan suatu modifikasi konsep-diri secara bertahap.
b. Tahap-tahap dalam Perkembangan Konsep-diri
Mead membedakan paling kuarang tiga fase yang berbeda dalam proses ini dimana individu belajar mengambil perspektif orang lain dan melihat dirinya sendiri sebagai obyek. Yang pertama adalah tahap bermain di amna si individu itu “memainkan” peran sosial dari seseorang yang lain.
Begitu anak-anak lebih berkembang dalam pengalaman sosialnya, tahap pertandingan (game) muncul sebagai langkah berikut yang penting dalam perkembangan konsep diri.
Untuk ikut serta dalam kehidupan bersama suatu kelompok atau masyarakat atau manusia umumnya, individu itu diminta untuk menerima pandangan-pandangan bersam serta sikap-sikap kehidupan bersama itu. Masing-masing individu memiliki cara berpartisipasi yang unik dalam kehidupan bersama dari kelompok dan komunitas, dan itu akan tercermin dalam munculnya segi-segi unik tertentu dari konsep-diri.
c. Mengambil peran orang Lain sebagai Dasar Organisasi Sosial
Dalam pandangan Mead, organisasi definisi-definisi, sikap-sikap, konsep-diri individu yang bersifat internal (atau subyektif), dan organisasi kelompok-kelompok, institusi-institusi sosialdan masyarakat itu sendiri yang bersifat eksternal, keduanya saling berhubngan dan saling tergantung, karena baik organisasi internal maupun eksternal muncul dari proses komunikasi symbol.
Organisasi sosial memperlihatkan inteligensi manusia dan pilihanya.Denghan munculnya inteligensi (atau kemampuan untuk menciptakan dan menggunakan symbol-simbol), individu-individu dapat melampaui (transcend) banyak batas yang muncul dari sifat biologisnya atau lingkungan fisik.
Meskipun Mead memusatkan perhatian pada interaksi mikro lebih dari struktur sosial, namun begitu dia menujukan bagaimana perspektifnyadapat digunakan dalam menganalisa organisasi sosial. Sebagai contoh, institusi ekonomi dapat dan istitusi agamadapat dimengerti menurut proses mengambil peran orang lainyang bersifat fundamental. Mampu mengambil peran dari setiap orang dan mampu memberikan respons terhadap tetangga atau anggota komunitas.
I. PARA PERINTIS LAINNYA DALAM PSIKOLOGI SOSIAL
Sumbangan Charles Horton Cooley dan Wiliam I. Thomas.Yang memusatkan perhatianya pada individu dan proses-proses interaksi tingkat mikro, dan keduanya memberikan sumbangan berdirinya lembaga psikologi sosial Amerika.Teori interaksi symbol masa kini masih menghargai sumbangan-sumbangan para perintis mereka.
1. Cooley: “Looking-Glass Self” dan Kelompok Primer
Cooley tinggal di Ann Arbor, sebuah kota pelajar yang tenang. Lingkunagan sosial ini sesuai dengan watak Cooleyyang suka menyendiri dan kontemplatif.Dalam banyak hal, teori sosialnya mencerminkan temperemenya ini.
Pendekatan cooley bersifat organis, tetapi puasat perhataianya adalah saling ketergantungan individu yang bersifat organis melalui proses komunikasi sebagai dasar keteraturan sosial. Gambaran Cooley tentang kenyataan sosial sangat bersifat idealis, mungkin sebagaiannya karena hasil dari warisan New England-nya.Dia mendapat banyak inspirasi dari idealism Ralph Waldon Emerson yang bersifat transedental.
Saling ketergantungan organis antara individu dan masyarakat diungkapakan dalam analisa Cooley mengenai perkembangan konsep diri (“I” seseorang). Meskipun Cooley merasakan bahwa manusia lahir dengan perasaan diri (self-feeling) yang tidak jelas dan belum terbentuk, ia menekankan bahwa pertumbuhan dan perkembangan perasaan diri ini merupakan hasil darii proses komunikasi interpersonal dalam suatu lingkungan sosial. Yang penting khususnya adalah bagaimana orang menangkap apa yang dipikirkan orang tentang dia. Hal ini berhubungan sangat erat dengan perasaan diri seseorang. Apakah orang itu senag atau kecewa dengan penampilan dan perilakunya, sebagian besar merupakan hasil dari apakah orang lain dilihat menetujui atau menolak penampilan dan perilakunya.
Cooley melihat kelompok primer ini sebgai “wadah terbentuknya watak manusia”. (nursey of human nature) di mana setiap individu memulai kehidupan yang actual dalam lingkungan sosial yang pertama sekali dan paling pokok (primitive) dan satu-satunya tipe yang dapat ditemukan di mana-mana. Tidak jadi masalah, bagaimana bervariasi dan kompleksnya struktur masyarkat-masyarakat yang berbeda-beda secara keseluruhan dalam institusinya, semua masyarakat memiliki kelompok seperti itu sebgai intinya.
Dengan kelompok primer saya artikan kelompok yang ditandai oleh persatuan (association) dan kerjasama tatap muka yang bersifat intim.
Namun, dorongan-dorongan individualistis atau yang bersifat kompetitif ini diperlunak dan diperhalus oleh pemahaman simpatetis yang terjadi secar timbal-balik antara individu dan oleh perasan-perasaan yang sedemikian bersama, yang memberikan kesatuan pada kelompok itu. Dalam konteks kelompok primer, individu berkembang dan belajar mengungkapkan perasaan-perasaan sosialnya, seperti kesetiaan dan kerelaan untuk membantu dan bekerja sama dengan orang lain.
Namun tidak semua satuan sosial yag lebih besar dapat merangsang perasaan kelompok primer ini. Banyak hubungan sosial dalam struktur yang lebih besar akan lebih merupakan sifat kelompok sekunder dari pada kelompok primer. Kelompok atau hubungan primer lebih impersonal sifatnya, yang mencerminkan tingkat keakraban antarpribadi lebih rendah.
Tekanan pada sifat subyektif kenyataan sosial ini, tercermin dalam definisi Cooley mengenai institusi sosial. “ suatu institusi hanyalah suatu tahap dari pikiran orang banyak (public mind) yang bersifat mapan dan tegas dia tidak berbeda dalam sifat dan pokoknya dari pandangan umum, meskipun yang sering kelihatan adalah bahwa dia memiliki suatu eksistensi tertentu dan bersifat independent, apabila kita melihat sifat permanennya dan pabila kita melihat kebiasaan-kebiasaan serta symbol-simbol di mana institusi itu terselubung. Namun demikian, tekanan cooley pada umumnya adalah pada pandangan bahwa masyarakat (terstruktur, institusi, pola normative, dan lain-lain)ada dalam perasan dan pikiran individu.
2. Thomas dan Definisi Situasi
William I. Thomas adalah seorang tokoh lain yang penting diantara para ahli sosioogi Amerika pada saat-saat awal, yang memusatkan perhatianya pada saling ketergantungan organis antara individu dan lingkungan sosial, dan yang gagasan-gagasanya dapat dengan mudah digolongkan dalam gaya analisa sosiologi tingkat-mikro dalam interaksionisme simbolik.Seperti yang dikatakan Thomas,”mengawali setiap tindakan perilaku yang ditentukan sendiri, selalu ada satu tahap pengujian dan pertimbangan yang dapat kita sebut definisi situasi.
Dalam hal ini perilaku individu secara berthap dibentuk oleh lingkungan sosial-budayanya.Selalu ada kemungkinan untuk ketegangan dan konflik antara definisi situasi yang diterima dalam masyarakat dan definisi indifidu yang bersifat sepontan.
Analisa situasi yang diberikan Thomas dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa orang yang mempunyai sikap yang berbeda atau orang yang sudah mendapat sosialisasi dalam lingkungan budaya atau subkultur yang berlainan tidak memberikan respon terhadap stimulus yang sama dengan cara yang sama. Perbedaan-perbedaan dalam respon terhadap suatu situasi tertentu merupakan hasil dari suatu perbedaan dalam definisi subyektif.
II. INTERAKSIONISME SIMBOL MASA KINI
Beberapa ide-idenya yang sudah didiskusikan terlebih dahulu yang menjadi dasar interaksionisme simbolik masa kini meliputi: saling ketergantungan organis antara konsep diri dan organisasi sosial; gambaran tentang kenyataan sosial yang muncul dari komunikasi symbol ; tekanan pada asul-usul sosial dari konsep diri dan sikap-sikap seseorang; ide bahwa respon terhadap stimulus lingkungan sangat bervariasi dan memcerminkan arti subyektif yang dimiliki bersama; dan penggunaan konsep-konsep secara meluas seperti peran, melaksanakan peran, mengambil peran.
Karyanya Kuhn dipusatkan pada pengukurandan analisa konseo-diri. Atau sistem sosial muncul melalui proses interpretasi subyektif dan komunikasi antarpribadi. Tekanan pada faktor structural yang menentukan ini mengabaikan proses interpretatif di mana individu secara aktif mengkontruksikan tindakan-tindakanya dan proses interaksi di mana individu menyesuaikan diri dan mencocokan berbagai macam tindakannya dengan mengambil peran dan komunikasi symbol. Singkatnya, bagi interaksionisme symbol, organisasi sosial tidak menentukan pola-pola interaksi;organisasi sosial muncul dari proses interaksi.
1. Konsep-Diri: Model Identitas-Peran Menurut McCall dan Simmons
Menekankan pentingnya konsep-diri dalam interaksi, tekanan ini diungkapkan dalam model McCall dan Simons mengenai “identitas peran”. Identitas peran terdiri dari gambaran diri yang bersifat ideal yang dimiliki oleh individu sebagai orang yang menduduki berbagai posisi sosial. Menonjolnya suatu identitas –peran tertentu juga dipengaruhi oleh kebutuhan orang itu akan dukungan sosial dan jenis pemuasan lainya yang berasal dari penampilan identitas itu.
2. Perspektif Interaksionisme Simbol mengenai Penyimpangan
Pentingnya terhadap reaksi soaial terhadap seseorang dapat kita lihat dalam studi-studi mengenai penyimpangan.Beberapa karya yang paling menarik yang sekarang terdapat dalam studi mengenai penyimpangan, khusunya pada penekanan negosiasi mengenai arti situasi dan perilaku serta respons individu terhadap satu sama lain menurut definisi hasil negosiasinya itu.
Perspektif interaksionalisme symbol mengenai penyimpangan memulai dengan suatu pengakuan bahwa penyimpangan tidak hanya sekedar suatu manitestasi suatu ciri pembawaan sejak lahir atau cacat kepribadian.
Tambahan pula, pola-pola normative bersama atau harapan-harapan orang lain mungkin tidak konsisten dengan dorongan hati atau kepentingan kita. Artinya mungkin orang lain mengharapkan supaya kita mengikuti pola-pola normative tertentu dalam situasi di mana kita tidak merasa enak untuk berbuat demikian.
Beberpa hal penyimpangan tidak dianggap sepi, Penyimpangan itu menimbulkan suatu respons, sering datang dari pihak kepolisianimpang menjadi sifat.Karena itu perilaku penyempang menjadi sifat pokok dalam interaksi dan akhirnya merupakan elemen utama dalam identitas diri si penyimpang itu.
Suatu pernyataan pokok harus dikemumkakan dalam hubungan dengan kritria yang dignakan untuk membedakan penyimpangan yangdianggap sepele dan yang diberi perlakuan khusus.Salah satu kriteriumnyaadlah kekacauan sosial atau bahaya perorangan yang merupakan suatu tipe penyimpangan tertentu.Jadi hokum criminal memberiakbn kodefikasi pada pelanggara -pelanggaran yang dianggap menggangu atu membahayakan masyarakat.
III. GOFFMAN DAN PENDEKATAN DRAMATURGI TERHADAP DINAMIKA INTERAKSI
Pengaruh konsep-diri individu pada definisi-definisinya mengenai situasi dan perilaku serta gaya interaksi, merupakan slah satu tema pokok dalam perspektif dramaturgi masa kini, seprti yang dikembangkan di bawah pengaruh Erving Goffman. Meskipun pendekatan Goffan merupakan suatu yang baru dalam analisa sosiologis, pendekattan itu mencerminkan wawasan yang dulu dikemukakan oleh Sharkespeare bahwa dunia ini merupakan suatu panggung dan manusia hanyalah sekedar pemain-pemain saja diatas panggung ini; masing-masing masuk ke dalam panggung, memainkan suatu peran tertentu atau membawakan lakon dan, akhirnya, keluar. Goffan menganalisis berbagai setrategi yang digunakan individu dalam usaha untuk memperoleh kepercayaan sosial terhadap konsep-dirinya.
Menurut model analisa ini , masalah utama yang dihadapi individu dalam berbagai hubungan sosialnya adalah mengontrol kesan-kesan yang diberikannya pada orang lain. Pada akhirnya, individu berusaha mengontrol penampilanya, keadaan fisiknya di mana mereka memainkan peran-perannya, serta perilaku perannyayang actual dan gerak isyarat yang menyertainya.
Sebagai contoh, seorang tuan rumah dari kelas menengah tertentu akan mempersiapkan suatu silaturahmi dengan sangat cermat yang akan dia laksanakan, dengan membersihkan rumahnya sebaik-baiknya, merapikan diri, memilih pakain yang cocok untuk dipakai, dan seterusnya, semua itu dimaksudkan untuk memberikan keasan bahwa dia adalah orang yang menarik , seorang tuan rumah yang sangat ramah , dan orang mampu dalam tugas rumah tangga setiap hari.
Pementasan atau penampilan yang disengaja dan karakter suatau peristiwa yang dirancang seperti silaturahmi mungkin kelihatan jelas.Tetapi, semua peristiwa sosial memiliki sifat dramatugi, karena semua bentuk perilaku mempunyai implikasi yang potensial untuk konsep-diri si pelakon yang terlibat dalamnya.
Perhatian individu terhadap peraturan kesan (impression management) tidak terbatas pada perilakunya yang nyata saja.Penampilan individu dan perilaku yang umum juga sangat relevan untuk identitasnya. Oleh karena itu, mereka mau mempersiapkan penampilanya sebelum memainkan peran tertentu (dengan merias diri, memilih pakaian yang cocok, diet dan lain-lain), dan akan berusaha mengontrol berbagi gerak yang tidak cocok, yang mungkin menguarangi gaya penampilan itu.
Usaha yang berhubungan dengan pengaturan kesan mungkin dilihat sebagai usaha untuk mengontrol definisi situasi yang umum karena identitas individu sangat erat hubungannya dengan definisi sosial tantang situasi dimana mereka terlibat.
Salah satu hal dalam analisis dramaturgi Goffman yang menarik perhatian adalah pengakuanya akan banyaknya cara diman oaring bekng ranah kerja sama dalam melindungi berbagai tuntutan satu sam lain berhubungan denagn kenyataan sosial yang sedang mereka usahakan untuk dipetaskan atau identitas yang mereka coba tampilkan. Hal ini penting, karena hakikat kenyataan sosial yang dirancanag itu membuatnya sangat mudah dikritik dan mudah retak. Denagn kata lain, kesan-kesan mengenai kenyataan dan mengenai diri yang mereka coba ciptakan dapat dengan mudah diganggu atau jatuh berantakan.
Dengan cara yang tak terbialng jumlahnya, orang terus terancam kemungkinan hilang muka dalam hubungan sosialnya. Tetapi mungkin tidak ada orang yang kebal akan ancaman akan penampilan yang kacau itu, orang sering bekerja sama dalam membantu mendukung identitasnya satu sama lain dan mempertahankan kesan-kesan yang ditampilkan orang lain. Sesungguhnya, disinilah pentingnya norma-norma kebijaksanaan dan sopan santun yang elementer .Jadi, kita berusaha untuk saling menutupi kekeliruan teman, dan kalau ini tidak mungkin, kita berpura-pura tidak memperhatikan dan sementara itu kita menyesuaikan perilaku kita dengannya.
Dialin pihak, ada beberapa situasi sosial, sering termasuk kompetisi dan konflik, diman individu mungkin mencari jalan untuk saling menjelekan penampilan. Sebagai ccontoh adalah situasi dimana seorsng lawan politik akan berusaha menjelekkan penampilan pejabat di kanto, mumngkin dengan menjelekan ketidak mampuan orang itu atau membuktikan bahwa pejabat itu menggunakan kantor untuk keuntungan.
1. Tim dan Audiensnya
Mengutip Goffman, suatu tim dapat didefinisikan sebagai sejumlah individu yang kerja samanya yang erat merupakan syarat kalau suatu definisi tertentu mengenai situasi yang direncanakan itu harus dipertahankan. Dinamika-dinamika interaksi dalam suatu tim dramaturgi berbeda sekali dari pola-pla interaksi antara tim dan audiensnya. Audiens diharapkan menerima kenyataan, termasuk identitas mereka yang terlibat, yang diperankan oleh tim itu. Namun anggota tim akan sedikit banyak sadar bahwa anggota audiens tidak memiliki sifat kenyataan yang direncanakan atau yang dipentaskan diatas panggung itu. Banyak dinamika-dinama yang menggambarkan dinamika-dinamika pola interaksi dalam suatu tim. Suatu profesor mungkin mencoba terlebih dahulu suatu teknik kelas yang baru di depan rekan-rekan sejawatnya dan meminta tanggapan mereka sebelum membawakan di depan audiens mahasiswa(yang bagaimanapun tidak dianggap mampu untuk memberikan tanggapan yang jujur).
Berhubungan denga perbedaan antara anggota tim dan audiens, Goffman membedakan antara bagian “pentas-depan”(fronstage) dan “pentas-belakang”(backstage). Sangat sederhana, pentas depan adalah bagian atau tempat dimana saja audiens itu diharapkan ada, sedangkan pentas belakang merupakan tempat terlarang bagi audiens atau orang luar lainnya.
Dalam banyak hal, berhasinya seseorang atau tim, merupakan konstruksi sosial. Situasi atau identitas tertentu yang diterima oleh audiens tanpa persoalan, akan langsung sebanding dengan tingkat dimana sifat atau situasi dan penampilan yang dirancang itu terselubung. Jadi, misalnya seorang tuan rumah mungkin berusaha untuk mempersilahkan pelbagai hidangan dalam suatu silaturahim dengan mengemukakan bahwa hidangan itu baik.
2. Kesulitan Interaksi yang Dihadapi Orang Cacat
Kesulitan-kesulitan untuk memproyeksikan identitas yang akan diterima oleh orang lain dan memuaskan dirinya sendiri, secara menarik diungkapkan dalam masalah interaksi yang dihadapi orang cacat. Suatu masalah sosial utama yang dihadapi orang cacat. Suatu masalah sosial utama yang dihadapi orang cacat adalah bahwa mereka itu”abnormal” dalam tingkat yang sedemikian jelasnya sehingga orang lain tidak merasa enak untuk berinteraksi dengan mereka atau tidak mampu berinteraksi dengan mereka sedemikian rupa sehingga cacat itu sendiri tidak menjadi pokok penting dalam interaksi itu. Seperti dikemukakan Goffman, rintangan yang nampak secara fisik merupakan sumber noda atau cacat(stigma). Stigma adalah sifat apasaja yang sangat jelas dan diandaikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepribadian individu sehingga individu itu tidak mampu untuk bertindak menurut cara yang biasa. Apapun sumber stigma itu, kesulitan interaksi yang dihadapi oleh orang cacat jelas sekali. Orang tidak cacat diasumsikan mampu, kecuali mereka memperlihatkan ketidakmampuannya, tetapi orang yang cacat diasumsikan tidak mampu (pada umumnya atau dalam hal tertentu kecuali kalau mampu membuktikan kebenarannya. Masalah utama bagi orang cacat adalah mengatasi asumsi negatif yang diberikan orang lain dengan memperlihatkan bahwa kecuali yang berhungan dengan anggota badannya yang cacat itu, dia mampu berinteraksi secara normal dengan orang lain dan mengalami emosi, kebutuhan,dan kepentingan secara penuh sebagai manusia yang mampu misalnya, orang jalan dengan merangkak saja harus dapat memperlihatkan bahwa walaupun dia tidak berjalan seperti biasa. Goffman juga mengupas secara luas masalah-masalah yang dihadapi orang institusi-institusi yang berhungan dengan gangguan mental.
Meskipun kesulitan interaksi yang dihadapi orang cacat dan pasien rumah sakit jiwa memberi suatu gambaran yang dramatis mengenai kesulitan memiliki suatu konsep-diri yang memuaskan yang diterima orang lain, orang-orang yang “normal”pun menghadapi masalah yang serupa.
3. Konteks Interaksi
Kegiatan-kegiatan dimana individu terlibat, tunduk pada interpretasi-interpretasi alternatif atau memiliki arti yang lebih dari satu. Harus ada dimensi fisik dalam konteks itu, yang meliputi ruang di mana kegiatan-kegiatan itu di mensi fisik dalam konteks itu. Dalam salah satu karyanya yang terbaru,Goffman menunjuk pada pemahaman bersama (shared understanding)sebagai ” kerangka” (frame) di mana peristiwa-peristiwa sosial itu terjadi. Suatu pertemuan formal yang berlangsung menurut prosedur parlementer, dapat kita lihat seperti contoh. Sejak itu, sampai dia mengatakan “Rapat ditunda”, segala sesuatu yang dikatakan akan dianggap sebagai bagian dari rapat resmi, dan dicatat hanya dalam konteks itu, kecuali kalau kerangka itu tidak berlaku karena adanya istirahat atau karena ada peringatan “tidak boleh disiarkan”. Kata-kata dalam mendefinisikan situasi dan memberikan batas-batas waktunya, tergantung pada pemahaman implisit diantara peserta serta sifat peristiwa itu.
Pusat perhatian Goffman terutama pada tingkat kenyataan sosial mikro. Tulisannya menyajikan contoh-contoh menarik mengenai seluk-beluk proses interaksi dalam pelbagai situasi, tetapi dia tidak memberikan suatu analisa sistematis mengenai institusi sosial yang besar atau dinamika-dinamika proses sosial ditingkat makro (studinya mengenai rumah sakit jiwa merupakan analisa institusionalnya yang paling sistematis).
KENYATAAN MUNCUL DARI INTERAKSI SIMBOLIS
Teori
interaksi simbol lebih dalam dari pada bentuk-bentuk interaksi nyata menurut
Simmel.Seperti namanya sendiri menunjukkan, teori itu berhubungan dengan media symbol
di mana interaksi terjadi.Dalam karya Mead khususnya, teori ini meliputi
analisa mengenai kemampuan manusia untuk menciptakan daan memanipulasi
symbol-simbol.
Beberapa
dari perhatian utama dalam teori interaksi symbol adalah dinamika-dinamika
interaksi tatap muka, saling ketergantungan yang erat antara konsep-diri
individu dan pengalaman-pengalaman kelompok kecil, negosiasi melalui
norma-norma bersama dan peran-peran individu, serta proses-proses lainya yang
mencakupi individu dan pola-pola interaksi dalam skala kecil. Interaksionisme
simbol merupakan perspektif utama dan yang paling umum masa kini yang
menganalisa saling ketergantungan antara kesadaran subyektif dan pola-pola
interaksi ditingkat makro.
I.
MEAD DAN PERKEMBANGAN INTERAKSIONISME SIMBOL
Mead dia adalah orang penting yang
mewakili filsafat pragmatis.Pragmatis menekankan hubungan yang erat antara
pengetahuan dan tindakan mengatasi masalah.
Dalam filsafat Pragmatis menekankan
pada kemampuan-kemampuan manusia untuk mengulangi lingkunganya yang sedang
mengalami perubahan dengan berhsil melalui tindakan fleksibel atau
inovatif.Perspektif filosofis dan sosiologis dari Mead mencerminkan pengaruh
kebudayaan Amerika yang lebih luas.
1.
Riwayat Hidup Mead
George Herbert Mead lahir tahun 1863
di Massachusetts, saat masih kecil pindah ke Oberlin, Ohio, tempat Seminari
Teologi Oberlin, di mana ayahnya, Hiram Mead, mengajar.Ayahnya Mead Pernah
menjadi pendeta Konggregasi di Massachusetts.Melalui kedua orangtuanya Mead
mewarisi Puritanisme New England. Mead masuk Oberlin saat usia enam belas
tahun. Oberlin merupakan sebuah institusi yang secara sosial sangatlah maju,
tetapi kurikulum dan gaya intelektualnya sangat tradisional dan dokmatis
mencerminkan pengaruh Puritanisme New England. Di bawah pengaruh Henry Northrup
Castle kawan setianya di Oberlin, pelan-pelan Mead menolak dogmatism agama
kolese Oberlin, tetapi dia tetap mempertahankan masalah sosial itu.
Ayah Mead meninggal sebelum dia tamat
dari Oberlin, Mead mencari makan dengan menjadi seorang pelayan di
kolese.Ibunya Elizabeth Billings, mulai mengajar di Oberlin dan akhirnya
menjadi presiden Mount Holyoke College. Sesudah tamat dari Oberlin, Mead
mengajar sekolah dasar, empat bulan kemudian dia dipecat karena mengusir
anak-anak yang suka rebut di sekolah. Kemudian dia bekerja selama tiga tahun di
Wisconsin Central Rail Road Company, bekerja sebagai pegawai kereta api yang
mengadakan survei yang menentukan lintasan kereta api dari Minneapolis,
Minnesota, ke Moose Jaw, Saskatchewan. Dia banyak membaca dan memberikan les
privat.
Tahun 1887 Mead mendaftar di
Universitas Harvard.Perhatian utamnya waktu itu filsafat dan
psikologi.Khususnya tertarik pada filsafat Hegel lewat gurunya, Josiah
Royce.Mead berkenalan dengan seorang Pragmatis, Willian James.Mead tinggal di
rumah James dan memberikan les privat kepada anak-anaknya.Namun Mead dan James
tidak berteman akrab karena perbedaan setatus.Dan filsafat pragmatis James
tidak ada pengaruhnya terhadap Mead sampai jauh kemudian.
Setahun di Harvard Mead melanjutkan
studi di Eropa.Henry Castel dan saudarinya Helen sudah bertolak menuju Eropa
beberapa bulan sebelum Mead; kemudian bertemu di Leipzig.Meskipun Mead dan
Helen sudah kenal lama namun baru ketika di Leipzig mereka bertemu lagi dan
menikah di Berlin menikah tahun 1891. Ketika di Leipzig, Mead berkenalan dengan
karya Whilhelm Wundt, yang konsepnya tentang gerak-isyarat (gesture)
merupakan dasar dari karya Mead selanjutnya.Di Leipzig Mead bertemu ahli
psikologi sosial Amerika yang ternama G. Stanly Hall.
Tahun 1891 Mead kembali ke Amerika
sebagai dosen mata kuliah filsafat dan psikologi di Universitas Michigan, dia
bertemu dengan John Dewey dan Charles Horton Cooley.Dewey mengepalai Departemen
Filsafat di Universitas Chicago, yang baru didirikan dan dibantu dibiayai John
D. Rockefeller.Dewey diterima dengan syrat bahwa dia dapat mengajak serta Mead
bersamanya.Tahun 1894 Dewey meninggalkan Chicago menuju Universitas Columbia
tahun 1905, Dewey dan Mead menjalin hubungan professional yang baik.
Dewey lebih berpengaruh dari pada
Meadkarena Dewey memiliki kepribadian yang menarik dan menulis lebih
banyak.Namun demikian, Pragmatisme yang terdapat pada aliran Chicago,
sesunguhnya berasal dari kedua orang itu, karena keduanya saling mendukung
ataupun karaena usaha secar individual.Ide-ide Mead yang terkenal di terbitkan
mahasiswanya setelah dia meninggal.
Ketika dewey pindah ke Colombia tahun
1905 Mead tetap di universitas Cicago. Mereka masih saling kontak dan kadang
Dewey kembali ke Chicago untuk suatu kunjungan.Tahun 1931 Dewey mengajak
bergabung Mead di Columbia tetapi sebelum mengatur pindah Mead meninggal.
Mead orang sederhana dan rendah hati,
sangat betah ditengah-tengah lingkungan Chicago yang dinamis.Seperti kaum
pragmatis Chicago lainya. Dia yakin akan kemungkinan-kemungkinan perubahan
sosial, dan dia melibatkan dirinya dalam usaha mengulangi masalah-masalah
sosial yang banyak dijumpai seperti jamur di musim hujan di suatu kota yang
dinamis. Bersama Dewey dia mengambil bagian dalam gerakan pendidikan progresif
dan pernah satu kali menjadi presiden School of Education’s Parent’s
Associaton; dia terlibat dalam City Club of Chicago dan menduduki jabtan ketua
Committee on Public Education serta sebagai presidennya. Dia adalah kawan Jane
Addams, dan dia membantu mendorong karyanya, menyediakan pemukiman bagi imigran
atau bagi mereka yang tidak memiliki rumah memadai.
2.
Pengaruh Intelektual terhadap Mead
Mead
sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin.Darwinisme sosial merupakan unsur
penting dalam perspektif ilmu sosial Amerika. Namun hanya menerima prinsip
Darwin bahwa organisme terus-menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri
dengan lingkunganya dan proses ini terbentuk atsu karakteristik organisme
mengalami perubahan yang terus-menerus.
Penjelasan Mead tentang pikiran tau
kesadaran manusia sejalan tentang kerangka evolusi ini. Dia melihat fikiran
manusia sebagai suatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah. Pem,unculanya
itu manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alami.
Tekanan Mead juga mencerminkan pengaruh Hegel dan ahli
filsafat idealistis jerman lainya. Filsafat Hegel didasarkan pada suatau
pandangan mengenai perkembangan ide-ide atau bentuk-bentuk kesadaran secara
dialektis.
Pandangan Dealektis mengenai relativitas
bentuk-bentuk kesadaran atau pengetahuan sejajar denagn pandangan pragmatis
bahwa bentuk-bentuk pengetahuan diharapkan harus berubah , begitu
masalah,masalah lingkungan dimna manusia harus menyesuaikan dirinya, mengalami
perubahan.
3.
Komunikasi dan Munculnya Pikiran
Mead berpendapat bahwa adaptasi
individu terhadap dunia luar dihubungkan melalui proses komunikasi, yang
berlawanan dengan hanya sekedar respons yang hanya sekedar respons yang
bersifat reflektif dar i organisme itu terhadap rangsangan dari lingkungan
a.
Isyarat versus Simbol dalam Proses Komunikasi
Komunikasi melalui isyarat-isyarat
sederhana adalah bentuk yang paling sederhana dan yang paling pokok dalam
komunikasi, tetapi manusia tidak terbatas dalam komunikasi ini. Hal ini karena
manusia menjadi obyek untuk dirinya sendiri (dan juga sebagai subyek yang
bertindak) dan melihat tindakan-tindakanya seperti orang lain dapat melihatnya.
Dengan kata lain, manusiadapat membayangkan dirinya secara sadar dalam
perilakunya dari sudut pandang orang lain. Sebagai akibatnya, mereka dapat mengkontruksikan
perilakunya dengan sengaja untuk membangkitkan tipe respon tertentu dari orang
lain.
b.
Proses Berpikir
Dalam pandangan Mead, hubungan antara
komunuikasi dengan kesadaran subyektif sedemikian dekatnya, sehungga proses
berfikir subyektif atau refleksi dapat dilihat sebagai suatu sisi yang tidak
kelihatan (covert) dari komunikasi itu. Dalam banyak hal mungkin mereka
berfikir dalam hatinya (corvertly) melalui beberapa alternatif, khususnya kalu
pihak lain yang terlibat (dalam percakapan itu).
Mead menekankan bahwa proses berpikir
itu dimulai atau dirangsang munculnya suatu masalah, atau lebih khusus lagi,
suatu hambatan yang menghalangi tindakan-tindakan individu untuk memenuhi
kebutuhan atau tujuanya.
4.
Konsep-Diri dan Organisasi Sosial
Mead mengemukakan bahwa konsep-diri
terdiri dari kesadarn individu mengenai keterlibatanya yang khusus dalam
seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung atau dalam suatu komunitas
yang terorganisasi. Kesadaran-diri ini merupakan hasil dari suatu proses refleksi
yang tidak kelihatan dimana individu itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau
yang bersifat potensial dari titik pandang orang lain dengan siapa individu itu
berhubungan. Dengan kata lain, individu menjadi obyek dirinya sendiri denga
mengambil posisi orang lain dan menilaiperilakunya sendiri seperti mereka
inginkan. Misalnya seorang politisi
dapat dengan sengaja menahan diri dari penggunaan bahasa yang kasar dan
pedas kalau sedang mengucapkan pidato didepan umum karena dia tidak
menginginkan public melihat dia sebagi seorang yang kasar menggunakan bahasa
yang seruapa itu
a.
“I” dan “Me” sebagai Dua Dimensi Konsep-Diri
Konsep –diri tidak terbatas pada
persepsi-persepsi orang secara pasif mengenai reaksi-reaksi dan
definisi-definisi orang lain. Individu juga merupakan subyek yang
bertindak.Bagian diskusi dari Mead yang penting adalah hubungan timbal-balik
antara diri sebagai obyek dan diri sebagai subyek.Diri sebagai obyek ditunjukan
Mead dengan konsep “me”, diri sebagai subyek yang bertindak ditunjukan dengan
konsep “I”.“I” merupakan aspek diri yang bersifat non-reflektif.
Analisa Mead tentang “I” memberikan
suatu peluang yang besar umtuk kebebasan dan spontanitas .Juga analisanya
tentang bagaimana “I” itu mempengaruhi “me” menunjukan bagaimana
dimensi-dimensi yang baru dan unik dari perilaku itu mengahsilkan suatu
modifikasi konsep-diri secara bertahap.
b.
Tahap-tahap dalam Perkembangan Konsep-diri
Mead membedakan paling kuarang tiga
fase yang berbeda dalam proses ini dimana individu belajar mengambil perspektif
orang lain dan melihat dirinya sendiri sebagai obyek. Yang pertama adalah tahap
bermain di amna si individu itu “memainkan” peran sosial dari seseorang yang
lain.
Begitu anak-anak lebih berkembang
dalam pengalaman sosialnya, tahap pertandingan (game) muncul sebagai langkah
berikut yang penting dalam perkembangan konsep diri.
Untuk ikut serta dalam kehidupan
bersama suatu kelompok atau masyarakat atau manusia umumnya, individu itu
diminta untuk menerima pandangan-pandangan bersam serta sikap-sikap kehidupan
bersama itu. Masing-masing individu memiliki cara berpartisipasi yang unik
dalam kehidupan bersama dari kelompok dan komunitas, dan itu akan tercermin
dalam munculnya segi-segi unik tertentu dari konsep-diri.
c.
Mengambil peran orang Lain sebagai Dasar Organisasi Sosial
Dalam pandangan Mead, organisasi
definisi-definisi, sikap-sikap, konsep-diri individu yang bersifat internal
(atau subyektif), dan organisasi kelompok-kelompok, institusi-institusi
sosialdan masyarakat itu sendiri yang bersifat eksternal, keduanya saling
berhubngan dan saling tergantung, karena baik organisasi internal maupun
eksternal muncul dari proses komunikasi symbol.
Organisasi sosial memperlihatkan
inteligensi manusia dan pilihanya.Denghan munculnya inteligensi (atau kemampuan
untuk menciptakan dan menggunakan symbol-simbol), individu-individu dapat
melampaui (transcend) banyak batas yang muncul dari sifat biologisnya atau
lingkungan fisik.
Meskipun Mead memusatkan perhatian
pada interaksi mikro lebih dari struktur sosial, namun begitu dia menujukan
bagaimana perspektifnyadapat digunakan dalam menganalisa organisasi sosial.
Sebagai contoh, institusi ekonomi dapat dan istitusi agamadapat dimengerti
menurut proses mengambil peran orang lainyang bersifat fundamental. Mampu
mengambil peran dari setiap orang dan mampu memberikan respons terhadap
tetangga atau anggota komunitas.
I.
PARA PERINTIS LAINNYA DALAM PSIKOLOGI SOSIAL
Sumbangan Charles Horton Cooley dan
Wiliam I. Thomas.Yang memusatkan perhatianya pada individu dan proses-proses
interaksi tingkat mikro, dan keduanya memberikan sumbangan berdirinya lembaga
psikologi sosial Amerika.Teori interaksi symbol masa kini masih menghargai
sumbangan-sumbangan para perintis mereka.
1.
Cooley:
“Looking-Glass Self” dan Kelompok Primer
Cooley tinggal di Ann Arbor, sebuah
kota pelajar yang tenang. Lingkunagan sosial ini sesuai dengan watak Cooleyyang
suka menyendiri dan kontemplatif.Dalam banyak hal, teori sosialnya mencerminkan
temperemenya ini.
Pendekatan cooley bersifat organis,
tetapi puasat perhataianya adalah saling ketergantungan individu yang bersifat
organis melalui proses komunikasi sebagai dasar keteraturan sosial. Gambaran
Cooley tentang kenyataan sosial sangat bersifat idealis, mungkin sebagaiannya
karena hasil dari warisan New England-nya.Dia mendapat banyak inspirasi dari
idealism Ralph Waldon Emerson yang bersifat transedental.
Saling ketergantungan organis antara
individu dan masyarakat diungkapakan dalam analisa Cooley mengenai perkembangan
konsep diri (“I” seseorang). Meskipun Cooley merasakan bahwa manusia lahir
dengan perasaan diri (self-feeling) yang tidak jelas dan belum terbentuk, ia
menekankan bahwa pertumbuhan dan perkembangan perasaan diri ini merupakan hasil
darii proses komunikasi interpersonal dalam suatu lingkungan sosial. Yang
penting khususnya adalah bagaimana orang menangkap apa yang dipikirkan orang tentang dia. Hal ini
berhubungan sangat erat dengan perasaan diri seseorang. Apakah orang itu senag
atau kecewa dengan penampilan dan perilakunya, sebagian besar merupakan hasil
dari apakah orang lain dilihat menetujui atau menolak penampilan dan
perilakunya.
Cooley melihat kelompok primer ini
sebgai “wadah terbentuknya watak manusia”. (nursey of human nature) di mana
setiap individu memulai kehidupan yang actual dalam lingkungan sosial yang
pertama sekali dan paling pokok (primitive) dan satu-satunya tipe yang dapat
ditemukan di mana-mana. Tidak jadi masalah, bagaimana bervariasi dan
kompleksnya struktur masyarkat-masyarakat yang berbeda-beda secara keseluruhan
dalam institusinya, semua masyarakat memiliki kelompok seperti itu sebgai
intinya.
Dengan kelompok primer saya artikan
kelompok yang ditandai oleh persatuan (association) dan kerjasama tatap muka
yang bersifat intim.
Namun, dorongan-dorongan
individualistis atau yang bersifat kompetitif ini diperlunak dan diperhalus
oleh pemahaman simpatetis yang terjadi secar timbal-balik antara individu dan
oleh perasan-perasaan yang sedemikian bersama, yang memberikan kesatuan pada
kelompok itu. Dalam konteks kelompok primer, individu berkembang dan belajar
mengungkapkan perasaan-perasaan sosialnya, seperti kesetiaan dan kerelaan untuk
membantu dan bekerja sama dengan orang lain.
Namun tidak semua satuan sosial yag
lebih besar dapat merangsang perasaan kelompok primer ini. Banyak hubungan
sosial dalam struktur yang lebih besar akan lebih merupakan sifat kelompok
sekunder dari pada kelompok primer. Kelompok atau hubungan primer lebih
impersonal sifatnya, yang mencerminkan tingkat keakraban antarpribadi lebih
rendah.
Tekanan pada sifat subyektif kenyataan
sosial ini, tercermin dalam definisi Cooley mengenai institusi sosial. “ suatu
institusi hanyalah suatu tahap dari pikiran orang banyak (public mind) yang
bersifat mapan dan tegas dia tidak berbeda dalam sifat dan pokoknya dari pandangan umum, meskipun yang sering
kelihatan adalah bahwa dia memiliki suatu eksistensi tertentu dan bersifat
independent, apabila kita melihat sifat permanennya dan pabila kita melihat
kebiasaan-kebiasaan serta symbol-simbol di mana institusi itu terselubung.
Namun demikian, tekanan cooley pada umumnya adalah pada pandangan bahwa
masyarakat (terstruktur, institusi, pola normative, dan lain-lain)ada dalam
perasan dan pikiran individu.
2.
Thomas dan Definisi Situasi
William I. Thomas adalah seorang tokoh
lain yang penting diantara para ahli sosioogi Amerika pada saat-saat awal, yang
memusatkan perhatianya pada saling ketergantungan organis antara individu dan
lingkungan sosial, dan yang gagasan-gagasanya dapat dengan mudah digolongkan
dalam gaya analisa sosiologi tingkat-mikro dalam interaksionisme
simbolik.Seperti yang dikatakan Thomas,”mengawali setiap tindakan perilaku yang
ditentukan sendiri, selalu ada satu tahap pengujian dan pertimbangan yang dapat
kita sebut definisi situasi.
Dalam hal ini perilaku individu secara
berthap dibentuk oleh lingkungan sosial-budayanya.Selalu ada kemungkinan untuk
ketegangan dan konflik antara definisi situasi yang diterima dalam masyarakat
dan definisi indifidu yang bersifat sepontan.
Analisa situasi yang diberikan Thomas
dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa orang yang mempunyai sikap yang
berbeda atau orang yang sudah mendapat sosialisasi dalam lingkungan budaya atau
subkultur yang berlainan tidak memberikan respon terhadap stimulus yang sama
dengan cara yang sama. Perbedaan-perbedaan dalam respon terhadap suatu situasi
tertentu merupakan hasil dari suatu perbedaan dalam definisi subyektif.
II.
INTERAKSIONISME SIMBOL MASA KINI
Beberapa ide-idenya yang sudah
didiskusikan terlebih dahulu yang menjadi dasar interaksionisme simbolik masa
kini meliputi: saling ketergantungan organis antara konsep diri dan organisasi
sosial; gambaran tentang kenyataan sosial yang muncul dari komunikasi symbol ;
tekanan pada asul-usul sosial dari konsep diri dan sikap-sikap seseorang; ide
bahwa respon terhadap stimulus lingkungan sangat bervariasi dan memcerminkan
arti subyektif yang dimiliki bersama; dan penggunaan konsep-konsep secara
meluas seperti peran, melaksanakan peran, mengambil peran.
Karyanya Kuhn dipusatkan pada
pengukurandan analisa konseo-diri. Atau sistem sosial muncul melalui proses
interpretasi subyektif dan komunikasi antarpribadi. Tekanan pada faktor
structural yang menentukan ini mengabaikan proses interpretatif di mana
individu secara aktif mengkontruksikan tindakan-tindakanya dan proses interaksi
di mana individu menyesuaikan diri dan mencocokan berbagai macam tindakannya
dengan mengambil peran dan komunikasi symbol. Singkatnya, bagi interaksionisme
symbol, organisasi sosial tidak menentukan pola-pola interaksi;organisasi
sosial muncul dari proses interaksi.
1.
Konsep-Diri: Model Identitas-Peran Menurut McCall dan Simmons
Menekankan pentingnya konsep-diri
dalam interaksi, tekanan ini diungkapkan dalam model McCall dan Simons mengenai
“identitas peran”. Identitas peran terdiri dari gambaran diri yang bersifat
ideal yang dimiliki oleh individu sebagai orang yang menduduki berbagai posisi sosial. Menonjolnya suatu
identitas –peran tertentu juga dipengaruhi oleh kebutuhan orang itu akan dukungan
sosial dan jenis pemuasan lainya yang berasal dari penampilan identitas itu.
2.
Perspektif
Interaksionisme Simbol mengenai Penyimpangan
Pentingnya terhadap reaksi soaial
terhadap seseorang dapat kita lihat dalam studi-studi mengenai
penyimpangan.Beberapa karya yang paling menarik yang sekarang terdapat dalam
studi mengenai penyimpangan, khusunya pada penekanan negosiasi mengenai arti
situasi dan perilaku serta respons individu terhadap satu sama lain menurut
definisi hasil negosiasinya itu.
Perspektif interaksionalisme symbol
mengenai penyimpangan memulai dengan suatu pengakuan bahwa penyimpangan tidak
hanya sekedar suatu manitestasi suatu ciri pembawaan sejak lahir atau cacat
kepribadian.
Tambahan pula, pola-pola normative
bersama atau harapan-harapan orang lain mungkin tidak konsisten dengan dorongan
hati atau kepentingan kita. Artinya mungkin orang lain mengharapkan supaya kita
mengikuti pola-pola normative tertentu dalam situasi di mana kita tidak merasa
enak untuk berbuat demikian.
Beberpa hal penyimpangan tidak
dianggap sepi, Penyimpangan itu menimbulkan suatu respons, sering datang dari
pihak kepolisianimpang menjadi sifat.Karena itu perilaku penyempang menjadi
sifat pokok dalam interaksi dan akhirnya merupakan elemen utama dalam identitas
diri si penyimpang itu.
Suatu pernyataan pokok harus
dikemumkakan dalam hubungan dengan kritria yang dignakan untuk membedakan
penyimpangan yangdianggap sepele dan yang diberi perlakuan khusus.Salah satu
kriteriumnyaadlah kekacauan sosial atau bahaya perorangan yang merupakan suatu
tipe penyimpangan tertentu.Jadi hokum criminal memberiakbn kodefikasi pada
pelanggara -pelanggaran yang dianggap menggangu atu membahayakan masyarakat.
III.
GOFFMAN DAN PENDEKATAN DRAMATURGI
TERHADAP DINAMIKA INTERAKSI
Pengaruh konsep-diri individu pada
definisi-definisinya mengenai situasi dan
perilaku serta gaya interaksi, merupakan slah satu tema pokok dalam
perspektif dramaturgi masa kini, seprti yang dikembangkan di bawah pengaruh
Erving Goffman. Meskipun pendekatan Goffan merupakan suatu yang baru dalam
analisa sosiologis, pendekattan itu mencerminkan wawasan yang dulu dikemukakan
oleh Sharkespeare bahwa dunia ini merupakan suatu panggung dan manusia hanyalah
sekedar pemain-pemain saja diatas panggung ini; masing-masing masuk ke dalam
panggung, memainkan suatu peran tertentu atau
membawakan lakon dan, akhirnya, keluar. Goffan menganalisis berbagai
setrategi yang digunakan individu dalam usaha untuk memperoleh kepercayaan
sosial terhadap konsep-dirinya.
Menurut model analisa ini , masalah
utama yang dihadapi individu dalam berbagai hubungan sosialnya adalah
mengontrol kesan-kesan yang diberikannya pada orang lain. Pada akhirnya,
individu berusaha mengontrol penampilanya, keadaan fisiknya di mana mereka
memainkan peran-perannya, serta perilaku perannyayang actual dan gerak isyarat
yang menyertainya.
Sebagai contoh, seorang tuan rumah
dari kelas menengah tertentu akan mempersiapkan suatu silaturahmi dengan sangat
cermat yang akan dia laksanakan, dengan membersihkan rumahnya sebaik-baiknya,
merapikan diri, memilih pakain yang cocok untuk dipakai, dan seterusnya, semua
itu dimaksudkan untuk memberikan keasan bahwa dia adalah orang yang menarik ,
seorang tuan rumah yang sangat ramah , dan orang mampu dalam tugas rumah tangga
setiap hari.
Pementasan atau penampilan yang
disengaja dan karakter suatau peristiwa yang dirancang seperti silaturahmi
mungkin kelihatan jelas.Tetapi, semua peristiwa sosial memiliki sifat
dramatugi, karena semua bentuk perilaku mempunyai implikasi yang potensial
untuk konsep-diri si pelakon yang terlibat dalamnya.
Perhatian individu terhadap peraturan
kesan (impression management) tidak terbatas pada perilakunya yang nyata
saja.Penampilan individu dan perilaku yang umum juga sangat relevan untuk
identitasnya. Oleh karena itu, mereka mau mempersiapkan penampilanya sebelum
memainkan peran tertentu (dengan merias diri, memilih pakaian yang cocok, diet
dan lain-lain), dan akan berusaha mengontrol berbagi gerak yang tidak cocok,
yang mungkin menguarangi gaya penampilan itu.
Usaha yang berhubungan dengan
pengaturan kesan mungkin dilihat sebagai usaha untuk mengontrol definisi
situasi yang umum karena identitas individu sangat erat hubungannya dengan
definisi sosial tantang situasi dimana mereka terlibat.
Salah satu hal dalam analisis
dramaturgi Goffman yang menarik perhatian adalah pengakuanya akan banyaknya
cara diman oaring bekng ranah kerja sama dalam melindungi berbagai tuntutan
satu sam lain berhubungan denagn kenyataan sosial yang sedang mereka usahakan
untuk dipetaskan atau identitas yang mereka coba tampilkan. Hal ini penting,
karena hakikat kenyataan sosial yang dirancanag itu membuatnya sangat mudah
dikritik dan mudah retak. Denagn kata lain, kesan-kesan mengenai kenyataan dan
mengenai diri yang mereka coba ciptakan dapat dengan mudah diganggu atau jatuh
berantakan.
Dengan cara yang tak terbialng
jumlahnya, orang terus terancam kemungkinan hilang muka dalam hubungan
sosialnya. Tetapi mungkin tidak ada orang yang kebal akan ancaman akan
penampilan yang kacau itu, orang sering bekerja sama dalam membantu mendukung
identitasnya satu sama lain dan mempertahankan kesan-kesan yang ditampilkan
orang lain. Sesungguhnya, disinilah pentingnya norma-norma kebijaksanaan dan
sopan santun yang elementer .Jadi, kita berusaha untuk saling menutupi
kekeliruan teman, dan kalau ini tidak mungkin, kita berpura-pura tidak
memperhatikan dan sementara itu kita menyesuaikan perilaku kita dengannya.
Dialin pihak, ada beberapa situasi
sosial, sering termasuk kompetisi dan konflik, diman individu mungkin mencari
jalan untuk saling menjelekan penampilan. Sebagai ccontoh adalah situasi dimana
seorsng lawan politik akan berusaha menjelekkan penampilan pejabat di kanto,
mumngkin dengan menjelekan ketidak mampuan orang itu atau membuktikan bahwa
pejabat itu menggunakan kantor untuk keuntungan.
1.
Tim
dan Audiensnya
Mengutip Goffman, suatu tim dapat didefinisikan sebagai sejumlah
individu yang kerja samanya yang erat merupakan syarat kalau suatu definisi
tertentu mengenai situasi yang direncanakan itu harus dipertahankan.
Dinamika-dinamika interaksi dalam suatu tim dramaturgi berbeda sekali dari
pola-pla interaksi antara tim dan audiensnya. Audiens diharapkan menerima
kenyataan, termasuk identitas mereka yang terlibat, yang diperankan oleh tim
itu. Namun anggota tim akan sedikit banyak sadar bahwa anggota audiens tidak memiliki
sifat kenyataan yang direncanakan atau yang dipentaskan diatas panggung itu.
Banyak dinamika-dinama yang menggambarkan dinamika-dinamika pola interaksi
dalam suatu tim. Suatu profesor mungkin mencoba terlebih dahulu suatu teknik
kelas yang baru di depan rekan-rekan sejawatnya dan meminta tanggapan mereka
sebelum membawakan di depan audiens mahasiswa(yang bagaimanapun tidak dianggap
mampu untuk memberikan tanggapan yang jujur).
Berhubungan denga perbedaan antara anggota tim dan audiens, Goffman
membedakan antara bagian “pentas-depan”(fronstage) dan
“pentas-belakang”(backstage). Sangat sederhana, pentas depan adalah bagian atau
tempat dimana saja audiens itu diharapkan ada, sedangkan pentas belakang
merupakan tempat terlarang bagi audiens atau orang luar lainnya.
Dalam banyak hal, berhasinya seseorang atau tim, merupakan
konstruksi sosial. Situasi atau identitas tertentu yang diterima oleh audiens
tanpa persoalan, akan langsung sebanding dengan tingkat dimana sifat atau
situasi dan penampilan yang dirancang itu terselubung. Jadi, misalnya seorang
tuan rumah mungkin berusaha untuk mempersilahkan pelbagai hidangan dalam suatu
silaturahim dengan mengemukakan bahwa hidangan itu baik.
2.
Kesulitan
Interaksi yang Dihadapi Orang Cacat
Kesulitan-kesulitan untuk memproyeksikan identitas yang akan
diterima oleh orang lain dan memuaskan dirinya sendiri, secara menarik
diungkapkan dalam masalah interaksi yang dihadapi orang cacat. Suatu masalah
sosial utama yang dihadapi orang cacat. Suatu masalah sosial utama yang dihadapi
orang cacat adalah bahwa mereka itu”abnormal” dalam tingkat yang sedemikian
jelasnya sehingga orang lain tidak merasa enak untuk berinteraksi dengan mereka
atau tidak mampu berinteraksi dengan mereka sedemikian rupa sehingga cacat itu
sendiri tidak menjadi pokok penting dalam interaksi itu. Seperti dikemukakan
Goffman, rintangan yang nampak secara fisik merupakan sumber noda atau
cacat(stigma). Stigma adalah sifat apasaja yang sangat jelas dan diandaikan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepribadian individu sehingga individu
itu tidak mampu untuk bertindak menurut cara yang biasa. Apapun sumber stigma
itu, kesulitan interaksi yang dihadapi oleh orang cacat jelas sekali. Orang
tidak cacat diasumsikan mampu, kecuali mereka memperlihatkan ketidakmampuannya,
tetapi orang yang cacat diasumsikan tidak mampu (pada umumnya atau dalam hal
tertentu kecuali kalau mampu membuktikan kebenarannya. Masalah utama bagi orang
cacat adalah mengatasi asumsi negatif yang diberikan orang lain dengan
memperlihatkan bahwa kecuali yang berhungan dengan anggota badannya yang cacat
itu, dia mampu berinteraksi secara
normal dengan orang lain dan mengalami emosi, kebutuhan,dan kepentingan secara
penuh sebagai manusia yang mampu misalnya, orang jalan dengan merangkak saja harus
dapat memperlihatkan bahwa walaupun dia tidak berjalan seperti biasa. Goffman
juga mengupas secara luas masalah-masalah yang dihadapi orang
institusi-institusi yang berhungan dengan gangguan mental.
Meskipun kesulitan interaksi yang dihadapi orang cacat dan pasien
rumah sakit jiwa memberi suatu gambaran yang dramatis mengenai kesulitan
memiliki suatu konsep-diri yang memuaskan yang diterima orang lain, orang-orang
yang “normal”pun menghadapi masalah yang serupa.
3.
Konteks
Interaksi
Kegiatan-kegiatan
dimana individu terlibat, tunduk pada interpretasi-interpretasi alternatif atau
memiliki arti yang lebih dari satu. Harus ada dimensi fisik dalam konteks itu,
yang meliputi ruang di mana kegiatan-kegiatan itu di mensi fisik dalam konteks
itu. Dalam salah satu karyanya yang terbaru,Goffman menunjuk pada pemahaman
bersama (shared understanding)sebagai ” kerangka” (frame) di mana
peristiwa-peristiwa sosial itu terjadi. Suatu pertemuan formal yang berlangsung
menurut prosedur parlementer, dapat kita lihat seperti contoh. Sejak itu,
sampai dia mengatakan “Rapat ditunda”, segala sesuatu yang dikatakan akan
dianggap sebagai bagian dari rapat resmi, dan dicatat hanya dalam konteks itu,
kecuali kalau kerangka itu tidak berlaku karena adanya istirahat atau karena
ada peringatan “tidak boleh disiarkan”. Kata-kata dalam mendefinisikan situasi
dan memberikan batas-batas waktunya, tergantung pada pemahaman implisit
diantara peserta serta sifat peristiwa itu.
Pusat perhatian
Goffman terutama pada tingkat kenyataan sosial mikro. Tulisannya menyajikan
contoh-contoh menarik mengenai seluk-beluk proses interaksi dalam pelbagai
situasi, tetapi dia tidak memberikan suatu analisa sistematis mengenai
institusi sosial yang besar atau dinamika-dinamika proses sosial ditingkat
makro (studinya mengenai rumah sakit jiwa merupakan analisa institusionalnya
yang paling sistematis).
Langganan:
Postingan (Atom)