kita takan pernah tahu dan menepatkan siapa yang paling setia diantara persahabat yang sudah terjalin. manusia datang dan pergi itu bisa terjadi, yang ada hanya siapa yang mampu bertahan dalam kondisi apapun. dulu aku sering menganggap persahabata itu abadi , yang aku tahu hanya dia bisa ada setiap waktu. tak perlu memiliki sahabat sejati, setidaknya aku belajar mengerti dan memahami tanpa egois. memaafkan pada kesalahan yang biasanya hal-hal sepele. tanpa mencari siapa yang paling cocok dalam berteman, sekarang lebih prioritas siapa yang paling mengerti dan menyayangi. karna menyayangi memiliki arti luas. tanpa memaki siapa yang salah , tapi memperbaiki setiap yang salah. tanpa membenci setiap hal yang tidak disukai, tapi belajar bahwa setiap individu itu unik. tapi tidak juga menampilkan keburukan lalu saling mengerti, tetapi saling merubah diri untuk jadi pribadi yang lebih baik .
Sabtu, 27 Desember 2014
Minggu, 21 Desember 2014
yogyakartaaa istimeewa nya tak tertabat
lama banget gak nengokin blog ini , kali ini aku bakal crita pengalaman perjalanan ke jogja sama pacar aku. perjalanan yang tidak di rencanakan seringkali terlaksana, iya memang dan terjadi. 7 desember 2014 pertama kali ke jogja menggunakan kendaraan roda 2 dan hanya berdua. sebenarnya teman-teman kami sudah jalan lebih dahulu ke jogja tapi karna sulit berhungan akhirnya kitamemutuskan untuk melanjutkan perjalaanan hanya berdua. perjalanan dari semarang-jogja hanya ditempuh 2,5 jam dengan kondisi jalan yang tidak terlalu ramai dan cuaca mendukung. tempat pertama yang kita kunjungi adalah UNIVERSITAS GAJAH MADA. sungguh pengalaman yang tidak bisa dilupakan walau kita hanya sampai di depan pintu utama. universitas yang banyak diminati inipun menjadi daya tarik untuk sekedar berwisata. tanpa mengurangi kecintaan kepada almamater tercinta UNNES, universitas ini menjadi salah satu mimpi untuk melanjutkan S2 nanti. yaah Insyaallah jika tercapai . sampai disana bingung untuk melanjutkan perjalanan kemana dulu, akhirnya memtuskan tujuaan ke pantai indrayanti, gunung kidul
LEGENDA AIR PANAS DI GUCI : SEBUAH KAJIAN FOLKLOR DAN RELEVANSINYA DENGAN ERA SEKARANG
A.
PENDAHULUAN
Masyarakat indonesia sejak masa
lampau telah memiliki kebudayaan.(PENGERTIAN KEBUDAYAAN). Hal ini didasari pada
kenyataan bahwa di indonesia terdapat berbagai macam jenis folklor yang dapat
digali dan dikembangkan untuk meningkatkan kepariwisataan pada umumnya dan
pariwisata buda pada khususnya. Tradisi lisan dalam suatu masyarakat diwariskan secara turun-temurun,
sehingga jejaknya masih ditemukan sampai sekarang. Perkembangan folklor dalam
kehidupan masyarakat, merupakan perwujudan dari usaha dan cara-cara kelompok
tersebut dalam memahami serta menjelaskan realitas lingkungannya, yang
disesuaikan dengan situasi alam pikiran masyarakat di suatu zaman tertentu.
Alam pikiran masyarakat yang dipandang sebagai lahan paling subur bagi
berkembangnya pemikiran seperti itu, menurut Peursen (1976), adalah alam
pikiran mistis. Alam pikiran mistis sangat menjiwai (mendasari) tradisi lisan
masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu sampai sekarang.
B.
FOLKLOR
Menurut Danandjaja Folklor secara keseluruhan adalah
sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun,
di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda,
baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau
alat pembantu pengingat. Secara keseluruhan folklor dapat didefinisikan yaitu
sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun,
di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda,
baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau
alat pembantu. Folklor dimaksudkan sebagai sekumpulan ciptaan tradisional, baik
yang dibuat oleh kelompok maupun perorangan dalam masyarakat, yang menunjukkan
identitas sosial dan budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang
diucapkan atau diikuti secara turun temurun.
·
Folklor lisan
Folklor lisan bentuknya murni
lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklore yang termasuk pada kelompok ini antara
lain : (1) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat
tradisional, dan title kebangsawanan; (2) ungkapan tradisional, seperti peribahasa,
pepatah, dan pomeo; (3) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; (4) puisi
rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair; (5) cerita prosa rakyat, seperti
mite, legenda, dan dongeng; dan (6) nyanyian rakyat. (kentongan tanda bahaya di
Jawa atau bunyi gendang untuk mengirim berita seperti yang dilakukan di
Afrika), dan musik rakyat. Jadi topik yang akan diangkat dalam makalah ini
merupakan folklor lisan jenis legenda.
Legenda adalah cerita rakyat yang
persediaannya paling banyak, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
karena legenda biasanya bersifat migratoris yakni dapat berpindah-pindah
sehingga dikenal luas di daerah yang berlainan. Selain itu menurut Alan Dundes
jumlah legenda di setiap kebudayaan jauh lebih banyak daripada mite dan dongeng.
Hal ini disebabkan jika mite hanya mempunyai jumlah tipe dasar yang terbatas,
seperti penciptaan dunia dan asal mula terjadinya kematian, namun legenda
mempunyai jumlah tipe dasar yang tidak terbatas, terutama legenda setempat,
yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan legenda yang dapat mengembara
dari satu daerah ke daerah lain (migratory legends). Begitu juga bila
dibandingkan dengan dongeng. Dongeng-dongeng yang berkembang sekarang ini
kebanyakan versi dari dongeng yang telah ada bukan merupakan dongeng yang baru.
Sedangkan legenda dapat tercipta yang baru.
Yus Rusyana (2000) mengemukakan
beberapa ciri legenda, yaitu:
1. Legenda merupakan cerita
tradisional karena cerita tersebut sudah dimiliki masyarakat sejak dahulu.
2. Ceritanya biasa dihubungkan
dengan peristiwa dan benda yang berasal dari masa lalu, seperti peristiwa
penyebaran agama dan benda-benda peninggalan seperti mesjid, kuburan dan
lain-lain.
3. Para pelaku dalam legenda
dibayangkan sebagai pelaku yang betul-betul pernah hidup pada masyarakat lalu.
Mereka itu merupakan orang yang terkemuka, dianggap sebagai pelaku sejarah,
juga dianggap pernah melakukan perbuatan yang berguna bagi masyarakat.
4. Hubungan tiap peristiwa dalam
legenda menunjukan hubungan yang logis.
5. Latar cerita terdiri dari
latar tempat dan latar waktu. Latar tampat biasanya ada yang disebut secara
jelas dan ada juga yang tidak. Sedangkan latar waktu biasanya merupakan waktu
yang teralami dalam sejarah.
6. Pelaku dan perbuatan yang
dibayangkan benar-benar terjadi menjadikan legenda seolah-olah terjadi dalam
ruang dan waktu yang sesungguhnya. Sejalan dengan hal itu anggapan masyarakat
pun menjadi seperti itu dan melahirkan perilaku dan perbuatan yang benar-benar
menghormati keberadaan pelaku dan perbuatan dalam legenda.
C.
LEGENDA AIR PANAS DI GUCI
Objek Wisata Guci Indah merupakan obyek
wisata air terjun, pemandian air panas, taman di kaki Gunung Slamet terletak di Bumijawa
memiliki ketinggian 800 meter dpl, sehingga udara di kawasan ini relatif
dingin. Sebelah utara berbatasan dengan balapulang dan margasari, sebelah selatan
berbatasan dengan brebes dan banyumas, sebalah barat berbatasan dengan brebes,
dan sebelah timur berbatasan dengan kecamatan bojong.
Legenda air panas
di obyek wisata Guci berasal dari Walisongo untuk orang-orang mereka utus untuk
menyiarkan agama islam di Jawa Tengah utamanya adalah bagian barat di sekitar
Tegal. Air itu ditempatkan di sebuah guci (poci), dengan itu masyarakat
menyebut lokasi pemberian air itu dengan nama Guci. Masyarakat percaya bahwa
air itu berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit dan dapat mendatangkan berkah
bagi masyarakat setempat dan yang lebih luas lagi adalah pengunjung obyek
wisata Guci. Tapi karena pemberian air sangat terbatas, pada malam jum’at
kliwon salah seorang sunan menancapkan tongkat saktinya ke tanah. Atas izin Tuhan
, maka mengalirlah air panas tanpa belerang. Masyarakat juga percaya bahwa air
itu berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit dan dapat mendatangkan berkah.
Legenda air panas
di Guci yang sudah berkembang dimasyarakat , mereka percaya bahwa cerita ini
akan membawa nilai dan manfaat di dalamnya. Masyarakat setidaknya punya cara
bagaimana mereka menyembukan penyakit dengan khasiat air panas tanpa belerang
di Guci. Legenda seringkali di gabungkan dengan hal-hal mistis. Guci akan
banyak di kunjungi setiap Malam jum’at Kliwon. Masyarakat berkunjung biasanya
bukan tanpa alasan selain alasan berwisata ada juga masyarakat yang datang
hanya khusus untuk ngalap berkah dengan mandi pukul 12 malam. Cara masyarakat
menjelaskan atau memahami realitas seperti di atas, bukan merupakan suatu
kesengajaan untuk mengacaukan fakta dengan khayalan, tetapi memang merupakan
suatu cara dalam menangkap realitas sesuai dengan alam pikiran mereka. Legenda
diharapkan mampu memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat, dan tidak hanya
yang muncul di dalamnya cerita mistis atau hal-hal ghaib saja. Walaupun tidak
bisa di hilangkan tentulah hal seperti itu pasti akan tetap ada dan berkembang
dimasyarakat dengan kepercayaan lokal yang ada.
Legenda sebagai kontrol
sosial masyarakat. Masyarakat pada hakikatnya merupakan kumpulan dari kelompok
yang hidup bersama untuk kepentingan bersama dengan cara hidup tertentu dan
memiliki ciri, kebiasaan dan budaya
tertentu. Komplek kaitannya dengan pengetahuan, kepercayaan, kesenian,moral
hukum,adat istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat
maka masyarakat perlu adanya kontrol sosial sebagai pedoman hidup. Kontrol
sosial merupakan suatu mekanisme untuk
mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk
berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya
kontrol sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang
berperilaku menyimpang / membangkang.
Langganan:
Postingan (Atom)