Jumat, 08 November 2013

POLA PEMBAGIAN KERJA MASYARAKAT INDUSTRI RUMAHAN BATU BATA



POLA PEMBAGIAN KERJA MASYARAKAT INDUSTRI RUMAHAN BATU BATA MERAH DI DESA KADEMANGARAN KECAMATAN DUKUHTURI , KABUPATEN TEGAL



NAMA                        : MASHUROH
NIM                            : 3401412007
ROMBEL                   : 01
MATA KULIAH         : Sosiologi Terapan



SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG








BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
Desa Kademangaran , kecamatan dukuhturi,  kabupaten Tegal merupakan salah satu desa sentra industri rumahan Batu Bata Merah. Mengapa rumahan ? karena penelolaannya tidak membutuhkan banyak tenaga yang harus dilibatkan , di desa demangaran ini biasanya tiap keluarga ini memiliki usaha batu bata merah sendiri. Mereka tidak menambil tenaga pekerja dari luar karena menurut mereka jika mengambil pekerja dari luar membutuhkan biaya yang besar. Pembangunan yang berkelanjutan banyak memberikan peluang bagi banyak orang. Apalagi ditunjang pendapatan yang semakin meningkat sehingga memberikan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan utama, seperti properti. Dari hal inilah sebuah peluang muncul dalam pengadaan material utama pendukung dalam pembangunan properti yaitu batu bata.Meskipun dewasa ini sudah ditemukan inovasi bahan pengganti batu bata dalam membuat dinding bangunan, tetapi sebagian besar masyarakat masih menggunakan batu bata.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana Proses Pembuatan Batu Bata Merah Desa Kademangaran?
2.      Pola Pembagian Kerja Masyarakat Industri Batu Bata Merah di Desa Kademangaran?
3.      Bagaimana Masyarakat Memanfaatkan Industri Batu Bata Merah ?
4.      Bagaimana Pola Perilaku dan Kebudayaan Masyarakat Industri ?










BAB II
PEMBAHASAN

1.                  Pembuatan Batu Bata Merah
Pembuatan batu bata merah di desa kademanaran ini masih sangat tradisional atau manual , mereka tidak menggunakan tenaga mesin sedikitpun bahan dan alat yan dibutuhkan hanya tanah atau lempung yang mereka beli setiap satu mobil terbuka lempung dihagai dengan 100 ribu rupiah yang mereka ambil dari desa gembong , alat pencetak bata yang berbentuk persegi panjang ukuran panjang 30cm , lebar 40cm dengan ketebalan 4cm yang dibelah menjadi 2 bagian,. Proses pembuatannya yang tidak seperti menggunakan mesin ini sangat unik sekali . proses pertama tanah atau lempung tersebut di injak-injak dan menggunakan cangkul yang mana masyarakat desa demangaran serin menyebutnya dengan “Ngedek” setelah lempung menjadi lembek atau sudah tidak ada bulatan-bulatan kecil maka sudak bisa ke tahap proses pencetakan biasanya dala satu hari mencetakan mereka bisa memperoleh 250 batu bata setelah batu bata setengah kering dilakukan proses penyempurnaan bentuk batu bata atau masyarakat sering menyebut dengan “Nyisiki” , dan proses yang terakhir adalah pengeringan batu bata jika musim panas akan kering selama 1 hari tetapi jika saat musim hujan prosesnya akan membutuhkan waktu lama yaitu 3 hari. Bisa dibilang industri ini sangat bergantung pada musim panas . proses terakhir adalah pembakaran untuk menjadi batu bata merah biasanya dilakukan pembakaran setelah bata sudah terkumpul banyak biasanya 8.000-10.000 baru dilakukan proses pembakaran.

2.                  Bagaimana Peran Masyarakat  dengan adanya Industri Rumahan Batu Bata Merah
Desa Kademangaran atau yang biasa masyarakat sebut adalah desa Demangaran , kecamatan dukuhturi kabupaten Tegal , desa yang dahulunya merupakan desa yang banyak dikelilingi sawah dan masyarakatnya merupakan petani sekarang ini sawah-sawah tersebut beralih fungsi sebagai penggarapan batu bata merah . Masyarakat Industri
Menurut Straubhaar dan LaRose (2004), Masyarakat Industri mengacu pada terjadinya Revolusi Industri, yang umumnya dikaitkan dengan penemuan mesin uap. Namun sesungguhnya, pemicu penting menuju era industri tersebut dimulai dengan penemuan di bidang komunikasi, yakni publikasi Bible yang diproduksi dengan mesin cetak pengembangan dari Johannes Guttenberg (1455).
 industri Batu Bata Merah ini merupakan sentra indusri rumah tangga yang mana  industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Dengan ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Sehingga muncul proses sosialisasi bahwa untuk hidup kita perlu orang banyak dan bergotong royong untuk pengarapan Batu Bata Merah. Oleh Karena itu orang masyarakat  beranggapan ketika memiliki anak banyak kita tidak perlu menggunakan tenaga orang lain untuk , tenaga orang lain tersebut dapat digantikan dengan adanya anak dalam keluarga. Masyarakatpun tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membalas imbalan jasa orang lain dalam proses pembuatan Batu Bata Merah seperti menghaluskan lempung atau tanah , pencetakan dan proses penyempurnaan bentuk batu bata merah. Pandangan lain bagi masyarakat terutama bahwa anak merupakan penjamin kesejahteraan hidup ketika sudah tua.
                        Peran masyarakat dalam penggarapan batu bata merah ini tidak hanya laki-laki nya atau kepala rumah tangganya saja yang berkerja , seorang istri dan anak juga berperan didalamnya karena pekerjaan ini tidak membutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan ini bisa siapa saja yang mengerjakan , tetapi hanya tingkat pekerjaanya saja yang berbeda. jika laki-laki bertugas menghaluskan tanah/lempung , istri dan anak biasanya pada proses pencetakan dan penyempurnaan. Selain membantu suami , istri tidak begitu saja meninggalkan pekerjaan rumahnya sebagai ibu rumah tangga dan ada juga yang dirumah berjualan atau membuka toko. Dengan ini peran keluarga sangat berpengaruh pada industri Batu Bata Merah dalam produksinya.

3.                  Bagaimana Masyarakat Memanfaatkan Industri Batu Bata Merah
Masyarakat memanfaatkan sumber ini sebagai lahan pekerjaan yang sangat menguntungkan. Kehidupan perekonomian masyarakat berubah dengan penjualan batu bata merah ini masyarakat bisa untuk membiayai sekolah anak-anak mereka sampai dengan jenjang sekolah menengah dan ada juga yang sudah berfikir bahwa sekolah itu sangat penting bagi kehidupan mereka sehingga ada keluarga yang menyekolahkan anak mereka sampai perguruan tinggi. Yang mencolok dariperubahan ekonomi masyarakat adalah dari kendaraan baru yang bisa dibeli dengan kredit atau cash, masyarakat juga menilai dengan pembelian kendaraan baru itu dengan gensi antar sesama pengusaha batu bata merah.
 Masyarakat dan kebudayaan memang saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tersebut dimungkinkan karena kebudayaan merupakan produk dari masyarakat. Pengaruh yang nantinya akan membuat perubahan umumnya terjadi karena adanya tuntutan situasi sekitar yang berkembang. Perubahan sosial terjadi karena adanya kondisi-kondisi sosial primer, misalnya kondisi ekonomi, teknologi, georafi dan biologi. Kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya.

4.                  Pola Perilaku dan Kebudayaan Masyarakat Industri
Perilaku Masyarakat Industri
a.    Masyarakat industri pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa tergantung pada orang lain atau individu.
b.    Kesempatan kerja lebih banyak diperoleh warga kota karena sistem pembagian kerja yang tegas dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (prfesionalisme)
c.    Pola pemikiran yang raional, sistematis dan objektif menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
d.    Faktor waktu lebih penting dan berharga, sehingga pembagian waktu yang sangat teliti sangat penting untuk mengejar kepentingan individu.
e.    para pengelola industri akan menciptakan aturan-aturan yang berlaku sesuai tuntutan dalam dunia industri yang jauh berbeda dengan aturan masyarakat agraris.
f.     aktivitas yang dilakukan masyarakat industri pun berbeda dengan masyarakat agraris. Mereka cenderung lebih menghargai waktu, hidup serba cepat, jam kerja mereka lebih jelas, kerja tersistematisasi, persaingan ketat di berbagai aspek, dan sebagainya.
g.    mereka juga cenderung lebih menggunakan rasio dalam memutuskan sesuatu ataupun bertindak.
h.    Perubahan sosial sangat nampak dengan nyata, karena daerah industri biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.



Kebudayaan Masyarakat Industri
Industri memberikan input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkah laku yang mencerminkan cara bersikap dalam bekerja. Dengan berkembangnya aspek ekonomi yaitu industrialisasi jelas akan membawa perubahan dalam dalam kehidupan masyarakat walaupun secara perlahan. Masyarakat secara bertahap menerima adanya zaman baru, yaitu modernisasi.
            Secara ekonomis kini masyarakat industrialis semakin bertambah kaya, baik secar kuantitas maupun kualitas. Namun kondisi yang membaik ini menurut Mercuse adalah keadaan yang terlihat hanya dari kulit luarnya saja. Sesuatu yang menipu karena pada kenyataanya peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan manusia hanya dirasakan secara lahiriah saja. Kemajuan dibidang material justru berbading terbalik dengan merosotnya nilai-nilai moral, kebudayaan dan agama. Kemajuan teknologi dengan sokongan kapitalilsme hadir untuk membantu manusia mengisi kekosongan dalam kehidupan pribadi manusia. Untuk menjadi industrial, masyarakat harus disiapkan untuk menerima nilai-nilai yang bakal menunjang proses industrialisasi, dikehendaki ataupun tidak pasti melahirkan tata nilai yang kebanyakan tidak dikenal oleh suatu masyarakat pedesaan (Nurcholish Madjid, 1999 : 127).















Lampiran
 

 









BAB III
PENUTUP

Simpulan
Desa Kademangaran , kecamatan dukuhturi,  kabupaten Tegal merupakan salah satu desa sentra industri rumahan Batu Bata Merah. Mengapa rumahan ? karena penelolaannya tidak membutuhkan banyak tenaga yang harus dilibatkan , di desa demangaran ini biasanya tiap keluarga ini memiliki usaha batu bata merah sendiri. Mereka tidak menambil tenaga pekerja dari luar karena menurut mereka jika mengambil pekerja dari luar membutuhkan biaya yang besar. Peran masyarakat dalam penggarapan batu bata merah ini tidak hanya laki-laki nya atau kepala rumah tangganya saja yang berkerja , seorang istri dan anak juga berperan didalamnya karena pekerjaan ini tidak membutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan ini bisa siapa saja yang mengerjakan , tetapi hanya tingkat pekerjaanya saja yang berbeda. jika laki-laki bertugas menghaluskan tanah/lempung , istri dan anak biasanya pada proses pencetakan dan penyempurnaan. Selain membantu suami , istri tidak begitu saja meninggalkan pekerjaan rumahnya sebagai ibu rumah tangga dan ada juga yang dirumah berjualan atau membuka toko. Dengan ini peran keluarga sangat berpengaruh pada industri Batu Bata Merah dalam produksinya.














DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar