POLA PEMBAGIAN KERJA MASYARAKAT
INDUSTRI RUMAHAN BATU BATA MERAH DI DESA KADEMANGARAN KECAMATAN DUKUHTURI ,
KABUPATEN TEGAL
NAMA :
MASHUROH
NIM :
3401412007
ROMBEL :
01
MATA KULIAH : Sosiologi Terapan
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Desa Kademangaran , kecamatan
dukuhturi, kabupaten Tegal merupakan
salah satu desa sentra industri rumahan Batu Bata Merah. Mengapa rumahan ?
karena penelolaannya tidak membutuhkan banyak tenaga yang harus dilibatkan , di
desa demangaran ini biasanya tiap keluarga ini memiliki usaha batu bata merah
sendiri. Mereka tidak menambil tenaga pekerja dari luar karena menurut mereka
jika mengambil pekerja dari luar membutuhkan biaya yang besar. Pembangunan yang berkelanjutan
banyak memberikan peluang bagi banyak orang. Apalagi ditunjang pendapatan yang
semakin meningkat sehingga memberikan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan
utama, seperti properti. Dari hal inilah sebuah peluang muncul dalam pengadaan
material utama pendukung dalam pembangunan properti yaitu batu bata.Meskipun
dewasa ini sudah ditemukan inovasi bahan pengganti batu bata dalam membuat
dinding bangunan, tetapi sebagian besar masyarakat masih menggunakan batu bata.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Proses Pembuatan Batu
Bata Merah Desa Kademangaran?
2. Pola Pembagian Kerja Masyarakat
Industri Batu Bata Merah di Desa Kademangaran?
3. Bagaimana Masyarakat Memanfaatkan
Industri Batu Bata Merah ?
4. Bagaimana Pola
Perilaku dan Kebudayaan Masyarakat Industri ?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pembuatan Batu
Bata Merah
Pembuatan batu bata merah di
desa kademanaran ini masih sangat tradisional atau manual , mereka tidak
menggunakan tenaga mesin sedikitpun bahan dan alat yan dibutuhkan hanya tanah
atau lempung yang mereka beli setiap satu mobil terbuka lempung dihagai dengan
100 ribu rupiah yang mereka ambil dari desa gembong , alat pencetak bata yang
berbentuk persegi panjang ukuran panjang 30cm , lebar 40cm dengan ketebalan 4cm
yang dibelah menjadi 2 bagian,. Proses pembuatannya yang tidak seperti
menggunakan mesin ini sangat unik sekali . proses pertama tanah atau lempung
tersebut di injak-injak dan menggunakan cangkul yang mana masyarakat desa
demangaran serin menyebutnya dengan “Ngedek” setelah lempung menjadi lembek
atau sudah tidak ada bulatan-bulatan kecil maka sudak bisa ke tahap proses
pencetakan biasanya dala satu hari mencetakan mereka bisa memperoleh 250 batu
bata setelah batu bata setengah kering dilakukan proses penyempurnaan bentuk
batu bata atau masyarakat sering menyebut dengan “Nyisiki” , dan proses yang
terakhir adalah pengeringan batu bata jika musim panas akan kering selama 1
hari tetapi jika saat musim hujan prosesnya akan membutuhkan waktu lama yaitu 3
hari. Bisa dibilang industri ini sangat bergantung pada musim panas . proses
terakhir adalah pembakaran untuk menjadi batu bata merah biasanya dilakukan
pembakaran setelah bata sudah terkumpul banyak biasanya 8.000-10.000 baru
dilakukan proses pembakaran.
2.
Bagaimana Peran
Masyarakat dengan adanya Industri
Rumahan Batu Bata Merah
Desa Kademangaran
atau yang biasa masyarakat sebut adalah desa Demangaran , kecamatan dukuhturi
kabupaten Tegal , desa yang dahulunya merupakan desa yang banyak dikelilingi
sawah dan masyarakatnya merupakan petani sekarang ini sawah-sawah tersebut
beralih fungsi sebagai penggarapan batu bata merah . Masyarakat Industri
Menurut
Straubhaar dan LaRose (2004), Masyarakat Industri mengacu pada terjadinya
Revolusi Industri, yang umumnya dikaitkan dengan penemuan mesin uap. Namun
sesungguhnya, pemicu penting menuju era industri tersebut dimulai dengan
penemuan di bidang komunikasi, yakni publikasi Bible yang diproduksi dengan
mesin cetak pengembangan dari Johannes Guttenberg (1455).
industri Batu Bata Merah ini merupakan sentra
indusri rumah tangga yang mana industri
yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Dengan ciri industri ini
memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota
keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu
sendiri atau anggota keluarganya. Sehingga muncul proses sosialisasi bahwa
untuk hidup kita perlu orang banyak dan bergotong royong untuk pengarapan Batu
Bata Merah. Oleh Karena itu orang masyarakat beranggapan ketika memiliki anak banyak kita
tidak perlu menggunakan tenaga orang lain untuk , tenaga orang lain tersebut
dapat digantikan dengan adanya anak dalam keluarga. Masyarakatpun tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk membalas imbalan jasa orang lain dalam proses
pembuatan Batu Bata Merah seperti menghaluskan lempung atau tanah , pencetakan
dan proses penyempurnaan bentuk batu bata merah. Pandangan lain bagi masyarakat
terutama bahwa anak merupakan penjamin kesejahteraan hidup ketika sudah tua.
Peran masyarakat dalam penggarapan batu bata
merah ini tidak hanya laki-laki nya atau kepala rumah tangganya saja yang
berkerja , seorang istri dan anak juga berperan didalamnya karena pekerjaan ini
tidak membutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan ini bisa siapa saja yang
mengerjakan , tetapi hanya tingkat pekerjaanya saja yang berbeda. jika
laki-laki bertugas menghaluskan tanah/lempung , istri dan anak biasanya pada
proses pencetakan dan penyempurnaan. Selain membantu suami , istri tidak begitu
saja meninggalkan pekerjaan rumahnya sebagai ibu rumah tangga dan ada juga yang
dirumah berjualan atau membuka toko. Dengan ini peran keluarga sangat
berpengaruh pada industri Batu Bata Merah dalam produksinya.
3.
Bagaimana Masyarakat Memanfaatkan
Industri Batu Bata Merah
Masyarakat
memanfaatkan sumber ini sebagai lahan pekerjaan yang sangat menguntungkan.
Kehidupan perekonomian masyarakat berubah dengan penjualan batu bata merah ini
masyarakat bisa untuk membiayai sekolah anak-anak mereka sampai dengan jenjang
sekolah menengah dan ada juga yang sudah berfikir bahwa sekolah itu sangat
penting bagi kehidupan mereka sehingga ada keluarga yang menyekolahkan anak
mereka sampai perguruan tinggi. Yang mencolok dariperubahan ekonomi masyarakat
adalah dari kendaraan baru yang bisa dibeli dengan kredit atau cash, masyarakat
juga menilai dengan pembelian kendaraan baru itu dengan gensi antar sesama
pengusaha batu bata merah.
Masyarakat dan kebudayaan memang saling
mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tersebut
dimungkinkan karena kebudayaan merupakan produk dari masyarakat. Pengaruh yang
nantinya akan membuat perubahan umumnya terjadi karena adanya tuntutan situasi
sekitar yang berkembang. Perubahan sosial terjadi karena adanya kondisi-kondisi
sosial primer, misalnya kondisi ekonomi, teknologi, georafi dan biologi.
Kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek
kehidupan sosial lainnya.
4.
Pola Perilaku dan
Kebudayaan Masyarakat Industri
Perilaku
Masyarakat Industri
a. Masyarakat industri pada
umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa tergantung pada orang lain atau
individu.
b. Kesempatan kerja lebih
banyak diperoleh warga kota karena sistem pembagian kerja yang tegas dan sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya (prfesionalisme)
c. Pola pemikiran yang raional,
sistematis dan objektif menyebabkan interaksi-interaksi yang
terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
d. Faktor waktu lebih penting dan berharga,
sehingga pembagian waktu yang sangat teliti sangat penting untuk mengejar
kepentingan individu.
e. para pengelola
industri akan menciptakan aturan-aturan yang berlaku sesuai tuntutan dalam
dunia industri yang jauh berbeda dengan aturan masyarakat agraris.
f. aktivitas yang dilakukan
masyarakat industri pun berbeda dengan masyarakat agraris. Mereka cenderung lebih
menghargai waktu, hidup serba cepat, jam kerja mereka lebih jelas, kerja
tersistematisasi, persaingan ketat di berbagai aspek, dan sebagainya.
g. mereka juga cenderung lebih
menggunakan rasio dalam memutuskan sesuatu ataupun bertindak.
h. Perubahan sosial
sangat nampak dengan nyata, karena daerah industri biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar.
Kebudayaan
Masyarakat Industri
Industri
memberikan input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkah laku
yang mencerminkan cara bersikap dalam bekerja. Dengan berkembangnya aspek
ekonomi yaitu industrialisasi jelas akan membawa perubahan dalam dalam
kehidupan masyarakat walaupun secara perlahan. Masyarakat secara bertahap menerima
adanya zaman baru, yaitu modernisasi.
Secara ekonomis kini masyarakat
industrialis semakin bertambah kaya, baik secar kuantitas maupun kualitas.
Namun kondisi yang membaik ini menurut Mercuse adalah keadaan yang terlihat
hanya dari kulit luarnya saja. Sesuatu yang menipu karena pada kenyataanya
peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan manusia hanya dirasakan secara
lahiriah saja. Kemajuan dibidang material justru berbading terbalik dengan
merosotnya nilai-nilai moral, kebudayaan dan agama. Kemajuan teknologi dengan
sokongan kapitalilsme hadir untuk membantu manusia mengisi kekosongan dalam
kehidupan pribadi manusia. Untuk menjadi industrial, masyarakat harus disiapkan
untuk menerima nilai-nilai yang bakal menunjang proses industrialisasi,
dikehendaki ataupun tidak pasti melahirkan tata nilai yang kebanyakan tidak
dikenal oleh suatu masyarakat pedesaan (Nurcholish Madjid, 1999 : 127).
Lampiran
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Desa Kademangaran , kecamatan
dukuhturi, kabupaten Tegal merupakan salah
satu desa sentra industri rumahan Batu Bata Merah. Mengapa rumahan ? karena
penelolaannya tidak membutuhkan banyak tenaga yang harus dilibatkan , di desa
demangaran ini biasanya tiap keluarga ini memiliki usaha batu bata merah
sendiri. Mereka tidak menambil tenaga pekerja dari luar karena menurut mereka
jika mengambil pekerja dari luar membutuhkan biaya yang besar. Peran masyarakat dalam penggarapan batu bata merah
ini tidak hanya laki-laki nya atau kepala rumah tangganya saja yang berkerja ,
seorang istri dan anak juga berperan didalamnya karena pekerjaan ini tidak
membutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan ini bisa siapa saja yang mengerjakan ,
tetapi hanya tingkat pekerjaanya saja yang berbeda. jika laki-laki bertugas
menghaluskan tanah/lempung , istri dan anak biasanya pada proses pencetakan dan
penyempurnaan. Selain membantu suami , istri tidak begitu saja meninggalkan
pekerjaan rumahnya sebagai ibu rumah tangga dan ada juga yang dirumah berjualan
atau membuka toko. Dengan ini peran keluarga sangat berpengaruh pada industri
Batu Bata Merah dalam produksinya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar