Rabu, 18 Desember 2013

cerita di kota istimewa jogja



Sabtu , 14 desember 2013 kami rombongan mahasiswa unnes jurusan sosiologi dan antropologi dalam kajian mata kulia Bentang Masyarakat Jawa berkunjung ke kota yang istimewa , kota yogyakarta . perjalanan dari semarang – jogja kira-kira 3 jam-an . pengalaman pergi ke jogja dalam rangka kajian masyarakat jawa adalah tujuan utama , melihat bagaimana kebudayaan jawa disana yang masih dipertahankan sampai sekarang tempat yang pertama kami kunjungi adalah keraton Yogyakarta .


Mangelilingi keraton yang luasnya kira-kira 1.400 m2 dijelaskan dari bagaimana asal-usul keraton , tata letak penataan keraton , fungsi gedung , melihat foto-foto benda peninggalan jaman dahulu sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan . setelah keraton kami ke Panggung Krapyak. Sekilas info tentang panggung krapyak Salah satu bangunan yang masuk dalam garis imajiner kota Yogyakarta, Gunung Merapi, Tugu Jogja, Kraton Yogyakarta, Panggung Krapyak dan Laut Selatan. Terletak di bagian selatan Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak adalah sebuah bangunan bersejarah berbentuk ruangan menyerupai kubus. Bagian dinding kini tampak berwarna hitam, menunjukkan usianya yang hampir menyamai usia Kota Yogyakarta, seperempat milenium. Bangunan tampak masih kokoh, walau beberapa bagian mengalami kerusakan akibat gempa 27 Mei 2006 lalu.

Konon Krapyak adalah sebuah hutan yang menjadi habitat banyak satwa salah satunya rusa atau menjangan. Keluarga kerajaan Mataram Islam sangat gemar berburu di tempat ini salah satunya Prabu Hanyokrowati putra Panembahan Senopati. Kegemarannya berburu menyebabkan beliau meninggal di hutan Krapyak pada tahun 1610. Beliau diberi gelar Panembahan Seda Krapyak dan disemayamkan di Kotagede.

Panggung Krapyak dibangun sekitar tahun 1760 oleh Sri Sultan HB I yang memiliki kegemaran yang sama dengan Prabu Hanyokrowati yaitu berburu. Panggung sebagai pos berburu sekaligus sebagai daerah pertahanan dari binatang buas.Panggung Krapyak yang menyerupai kotak ini memiliki ukuran luas 17,6 m x 15 m dan tinggi 10 m. Dindingnya terbuat dari batu bata merah yang dilapisi semen. Pada setiap sisinya terdapat sebuah pintu dan dua buah jendela yang berada di kanan kirinya. Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai bawah terbagi ke dalam empat ruangan yang dihubungkan oleh lorong. Lantai atas atau atapnya adalah sebuah tempat terbuka yang dibatasi oleh pagar di keempat sisinya yang digunakan sebagai tempat berburu binatang. Beberapa orang menduga jika bangunan ini juga digunakan oleh prajurit Mataram sebagai pos pertahanan. Konon dari tempat ini gerakan musuh dari arah selatan bisa dipantau sehingga bisa memberikan peringatan kepada Keraton jika ada bahaya.pengalaman saya naik ke puncak atas panggung krapyak adalah panas disuguhi pemandangan yang luar biasa bagusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar